Sejarah Bincang – Bincang Medis
September 30, 2015
FATALNYA AKIBAT ANEMIA
October 1, 2015

PERAN GAYA HIDUP TERHADAP KANKER MULUT RAHIM

dr. I Gusti Ngurah Made Bayuningrat, SpOG, MM, CHt

Perubahan sel normal menjadi sel tidak normal pada mulut rahim yang tidak terkendali dikenal sebagai kanker mulut rahim/serviks. Berawal pada serviks, berdampak pada kerusakan sel mulut rahim dapat menyebar ke seluruh tubuh. 90% kasus oleh Human Papilloma Virus (HPV), 70% HPV tipe 16-18. Paparan DNA HPV memicu perubahan kromosom. Sel serviks terdiri dari : sel epitel skuamosa, dan kolumner. Keganasan ini berupa tumor padat, diagnosanya dengan pemeriksaan sel jaringan, 90% tipe epitelial. Yayasan Kanker Indonesia (YKI) mencatat 5-10% kanker akibat genetik, 90% gaya hidup. Menyerang wanita, pernah kontak seksual, dan faktor-faktor gaya hidup, seperti : pola makan yang tidak sehat, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, kurang olahraga, hubungan seksual multipartner, seksual usia muda. Kewaspadaan terhadap faktor-faktor risiko adalah penting, di mulai dengan pola hidup sehat. Rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat, dan banyaknya mitos kanker, seperti : kanker tidak dapat di deteksi, di cegah dan disembuhkan. Kanker serviks bisa di deteksi dini. Kanker sebagai penyakit gaya hidup, karena dapat dicegah dengan gaya hidup sehat, menjauhkan faktor-faktor risiko kanker, >40% kanker dapat dicegah, kanker serviks dapat disembuhkan jika terdeteksi dini (stadium kanker 0/Insitu sampai IIa). Apalagi terdeteksi di stadium awal prakanker (Cervical Intraepithelial Neoplasia/CIN I, II, III).

Insiden/Angka Kejadian

Wanita 20-39 tahun, penyebab angka kematian tertinggi kedua setelah kanker payudara, dan insiden di usia lanjut >65 tahun lebih tinggi karena tidak melakukan skreening. 80% kematian terjadi di negara berkembang, termasuk di Indonesia. Penderita ini jumlahnya sangat besar. Setiap tahun tidak kurang dari 15.000 kasus kanker serviks terjadi di Indonesia, sebagai penyakit pembunuh wanita nomor satu di Indonesia. YKI 2006 kanker serviks di urutan pertama 16%, artinya perempuan Indonesia lebih berisiko. Di Indonesia Setiap hari ada 40 wanita yang terdiagnosa, 20 diantaranya meninggal. WHO menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penderita kanker serviks terbanyak di dunia, bahkan menurut WHO dan Serikat Pengendalian Kanker Internasional (UICC) memprediksi tahun 2030 akan terjadi lonjakan penderita 300% di dunia, dan 70% diantaranya di Indonesia sampai 7x lipat. Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2012 menyebutkan, prevalensi kanker mencapai 4,3 per 1000 orang, sebelumnya 1 per 1000 orang. Di dunia setiap 2 menit, di Asia Pasifik setiap 4 menit, dan setiap 1 jam wanita di Indonesia mati karena kanker serviks.

Perjalanan alamiah kanker serviks dari kondisi serviks normal untuk menjadi kanker rentang 3-17 tahun, bahkan 20 tahun, sehingga sebetulnya memiliki banyak waktu dan peluang untuk melakukan deteksi dini, memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan sebelum terjadi tanda-tanda kanker. Kanker serviks adalah keganasan terbanyak dan penyebab kematian terbesar pada wanita. Meskipun belum dapat dieliminasi, tetapi angka kejadian ini dapat ditekan dengan deteksi dini. Panduan skreening menurut American Cancer Society, US Preventive Services Task Force, dan American College of Obstetrician and Gynecologists di mulai dalam 3 tahun pertama aktifitas seksual, tetapi tidak lebih dari usia 21 tahun.

Faktor Risiko

Mencegah lebih baik dari pada mengobati, dengan mampu mencegah biaya akan murah, penanganan lebih mudah, peluang kesembuhanpun bertambah. Medical Check Up menjadi sangat penting sebagai moda mengenali faktor-faktor risiko kanker serviks. infeksi HPV ditularkan melalui kontak seksual, dan langsung (oral-genital, manual-digital, genital-genital), juga saat persalinan, tetapi jarang. Perilaku seksual berperan penting dalam penularan dan pencegahan infeksi HPV. Adapun faktor-faktor risiko, diantaranya : perilaku seksual, karakteristik partner, riwayat ginekologis, agen infeksius. HPV, 90% kanker serviks invasif > 60% lesi prakanker, merokok, kontrasepsi pil, diet, etnis dan faktor sosial, pekerjaan, kontrasepsi kondom (barrier), infeksi virus ; herpes simpleks virus/HSV, HIV.

Penyebab

Belum diketahui dengan pasti, diduga : umur (20-30, 40-60 th), riwayat kehamilan >4x, kontak seksual usia muda <16 tahun, dan berganti-ganti pasangan, merokok aktif dan pasif, akseptor pil kontrasepsi, status gizi, sosial ekonomi kultural, status imunitas, seperti : HIV/AIDS, infeksi jamur, klamidia, virus HSV tipe 2, paparan HPV (70-90%).

Gambaran Klinis

Keputihan berlangsung lama, perdarahan pervaginam abnormal, pasca senggama, menopause, gangguan kencing dan defekasi, nyeri daerah panggul, pinggang, tungkai, penurunan nafsu makan dan berat badan, dan keluhan-keluhan lain sesuai penyebarannya.

 

Pencegahan

Setelah mengetahui faktor-faktor risiko, dilakukan langkah-langkah pencegahan :
– Primer. Promosi, edukasi perilaku seksual, dan gaya hidup sehat, Seperti : diet, tidak merokok, tidak konsumsi alkohol, olah raga teratur, perilaku seksual sehat, kondom memproteksi agen virus. Vaksin HPV. Cervarix, Gardasil, mampu memproteksi >90% infeksi HPV.
– Sekunder. inspeksi visual asam asetat (IVA), Pap’s Smear setiap 6-12 bulan, Kolposkopi.
– Tertier. pelayanan di rumah sakit (diagnosa, pengobatan, dan perawatan paliatif).

Diagnosis, Pengobatan, Perawatan paliatif

Diagnosis lesi prakanker ditegakkan dengan pap’s smear, IVA, kolposkopi. Penatalaksanaan lesi prakanker (condyloma/CIN I, II, III) dan kanker in situ/stadium 0) yang cepat dan tepat adalah penting terkait penyembuhan. Lesi-lesi tersebut dapat dicegah bahkan disembuhkan. Penanganan kanker serviks stadium I-IIa, pengangkatan rahim total, dan radikal disertai kelenjar getah bening, radioterapi, kemoradiasi, sedangkan kanker stadium IIB-IV, eksternal radiasi, kemoterapi, atau kombinasi sampai terapi paliatif.

Saat ini, > 90% kanker serviks terdiagnosis pada stadium invasif, lanjut, bahkan terminal, dan 85% tidak bisa di operasi, yaitu: stadium IIB-IV. Sementara, kemoterapi dan radiasi yang tersedia belum memberikan hasil memuaskan. Kemoterapi konvensional secara oral, intravena, dan intramuskuler terkesan lebih menunjukkan efek samping dibanding remisi kankernya. Dekade terakhir berkembang radiologi intervensi kanker serviks yang lebih efektif dan efek samping minimal, yaitu : transarterial chemotherapy (TAC), transarterial chemotherapy and embolization (TACE). Prinsipnya, kemoterapi langsung ke sel kanker serviks, tanpa merusak jaringan sehat sekitarnya, dapat dilakukan penyumbatan pembuluh darah ke arah kanker tersebut. Indikasi radiologi intervensi pada seluruh stadium dan jenis kanker serviks, terutama yang tidak dapat di operasi. Efektifitasnya lebih tinggi dari kemoterapi konvensional, efek samping lebih ringan, kualitas hidup lebih baik. Terapi ini menjanjikan dibandingkan kemoterapi konvensional kanker serviks invasif.

Terapi paliatif, perawatan aktif pada pasien yang tidak memiliki respon terhadap terapi kuratif. Perawatan ini mencakup penderita dan keluarga. Terapi ini untuk meningkatkan kualitas hidup penderita kanker. Upayanya adalah pencegahan, deteksi dini, dan mengatasi masalah psikososial yang digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup. Modalitas paliatif : nutrisi, oksigenasi, pengobatan simptomatik, rehabilitasi, psikoterapi, hipnoterapi. Hipnoterapi salah satu complementary therapy dari pengobatan kanker, tidak hanya mengatasi penyakit psikosomatis dan gangguan perilaku juga melengkapi terapi kanker yang ada, membantu menghilangkan rasa nyeri, mual, muntah, depresi, menemukan akar masalah emosi yang berhubungan dengan penyakitnya sehingga penanganan yang diberikan lebih menyeluruh, dan dapat dikolaborasi dengan modalitas terapi lainnya. Dengan berbagai modalitas terapi paliatif yang ada akan meningkatkan kualitas hidup penderita kanker.