Pertanyaan :
Dok, benarkah kalau hamil tidak boleh minum air dingin, katanya janin jadi besar dan sulit waktu melahirkan ataukah ada peran penyakit lain?
Ny. Nelly, Denpasar
081239xxxx
Jawaban :
Apa yang ibu sampaikan menarik. Ibu Nelly sebelum kami menguraikan, ada baiknya diketahui bahwa janin akan menjadi besar tentu oleh adanya faktor kalori, bukan yang lain, termasuk air, baik air hangat, dingin maupun yang lain karena dalam air saja tidak mengandung kalori, ia hanya terdiri atas komponen air, seperti : hidrogenhidroksida, mineral, dan jelas bukan kalori, kecuali dalam air tersebut ditambahkan gula atau karbohidrat yang berasa manis. Dalam 1 gelas (240 ml) air mengandung 5 mg sodium/garam, 0 kalori (0 kkal).
Makanan, dan minuman berasa manis adalah salah satu sumber kalori atau karbohidrat. Janin besar dapat diakibatkan oleh overcalories yang masuk dari ibu ke janin melalui plasenta ke tali pusar janin. Hal ini dapat terjadi pada ibu hamil yang mengalami penyakit gula/ diabetes mellitus/DM. Ibu diabetes dengan kotrol metabolik yang tidak adekuat mengakibatkan janin kelebihan gula/hiperglikemia yang akan menstimulasi pematangan sel beta pankreas janin sehingga insulin meningkat terjadilah deposit lemak, bayi bulat, gemuk, berat badan lebih dari 4,5 kilogram, dan di sisi lain akan menimbulkan hipoglikemia yang terjadi pada jam-jam pertama kehidupan, sel beta pankreas tidak dapat beradaptasi sehingga insulin keluar, asam lemak bebas tidak bisa diubah menjadi keton. Peningkatan secara bermakna kejadian kelainan janin, kematian janin dalam kandungan, kematian perinatal, bayi cacat, serta bila kontrol metabolik baik maka kejadian ini menurun sama seperti pada saat kehamilan normal. Ibu hamil/bumil dengan diabetes tidak terkontrol mengakibatkan asupan/intake meningkat terjadi hiperaminoasidemia pada kehamilan 14 minggu atau hipoglikemia ibu pada usia kehamilan lebih dari 28 minggu, di mana terjadi hyperplasia sel-sel beta pancreas janin mengakibatkan kelebihan insulin dalam darah/ hiperinsulinemia.
Kelainan-kelainan yang dapat terjadi, seperti : gangguan organogenesis, gangguan vaskuler dan hiperinsulinisme yang menurunkan tekanan oksigen pembuluh darah arteri pada ibu. Janin besar/makrosomia yang terjadi pada bumil dengan diabetes tidak terkontrol akibat peningkatan lemak bawah kulit dan pembesaran organ tubuh serta munculnya antibodi terhadap insulin. Komplikasi makrosomia adalah risiko tinggi bagi kesulitan persalinan, akan cenderung terjadi persalinan dengan seksio sesar. Pada persalinan pervaginam dapat terjadi trauma lahir, seperti perdarahan kepala, perdarahan selaput otak, patah tulang klavikula, dan berbagai risiko traumatis lain. Memang benar salah satu komplikasi janin besar adalah dapat terjadi kesulitan pada proses persalinan. Hal ini akibat proporsi janin terhadap panggul ibu yang tidak memadai, sehingga kondisi ini meningkatkan kejadian seksio sesar. Jadi sesungguhnya janin besar bukan akibat konsumsi air, namun diperankan oleh peningkatan kalori yang masuk ke sirkulasi darah janin yang umumnya risiko ini terjadi pada ibu hamil yang mengalami diabetes. Ketakutan mengonsumsi air dingin saat hamil adalah mitos, tidaklah beralasan, karena air tidak mengandung kalori sebagai “bahan” peningkatan berat badan.
Pastikan ibu tidak menderita diabetes dengan memeriksakan diri bila ditemukan keluhan klasik penyakit diabetes, seperti : 3P yakni polifagi, keinginan makan tinggi, poliuri, sering berkemih, polidipsi, sering merasa haus. Keluhan ini dapat menjadi penanda awal penyakit DM. Jadi selama kehamilan tidak perlu cemas apalagi takut mengonsumsi air dingin/es, namun justru konsumsi air selama kehamilan dapat mencegah berbagai penyakit, infeksi saluran kemih/ISK, berkemih akan lebih lancar, bakteri penyebab infeksi tidak mudah masuk ke saluran kemih. Bila terjadi ISK, kehamilan rentan mengalami keguguran, bahkan persalinan prematur/kurang bulan. Konsumsi air sehat penting bagi tubuh, apalagi dalam kondisi hamil, Konsumsi air yang dianjurkan 1,5-3 liter per hari, bisa air dingin atau air hangat. Demikian mudah-mudahan mampu menjawab pertanyaan yang ibu sampaikan. Terima kasih.
dr. I Gusti Ngurah Made Bayuningrat, Sp.OG., M.M., C.Ht.
Dosen Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa, Dokter Obgin RSU Premagana
Selamat pagi, salam sejahtera. Terima kasih atas pertanyaan yang Ibu Nelly ajukan. Saya akan membahas dari sisi seorang dokter anak. Umumnya seorang bayi dilahirkan pada usia kehamilan 37-42 minggu atau jika dihitung dalam bulan sekitar 9 bulan 10 hari (40 minggu) serta memiliki berat berkisar antara 2.500 – 4.000 gram. Jika kurang 2,5 kg dari itu dikatakan bayi kecil dan jika lebih dari 4 kg dikatakan bayi besar. Bayi yang lahir kurang dar 2,5 kg atau lebih dari 4 kg tersebut sama-sama memiliki risiko pada kehidupan selanjutnya. Kali ini saya akan membahas risiko bayi yang dilahirkan lebih dari 4 kg atau yang dikenal sebagai makrosomia. Makrosomia banyak terjadi pada bayi laki-laki dan pada ibu-ibu dengan diabetes pada kehamilan (gestational diabetes), preeclampsia karena diabetes, dan ibu dengan riwayat kelahiran sebelumnya dengan makrosomia, dan bayi yang dilahirkan akan berisiko mengalami gula darah yang rendah (hipoglikemi) serta risiko untuk melahirkan dengan jalan operasi (cesarean section). Selain itu bayi yang lahir dengan berat badan lebih 4.500 gram berisiko mengalami trauma fisik saat persalinan dan juga mengalami asfiksia (bayi lahir tidak segera menangis akibat masalah pernapasan). Jadi pada dasarnya tidak harus bayi itu besar (apalagi jika lebih dari 4.000 gram), yang terpenting persalinan lancar, bayi sehat dan ibu selamat.
dr. I Nyoman Arie Purwana, M.Sc., Sp.A.
Endokrin Anak dan Remaja Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa