Dok, saya beberapa hari pada setiap bulannya mengalami keputihan. Kadang ada gatal, dan bau kadang juga tidak. Pasangan saya juga mengalaminya. Kenapa bisa terjadi demikian dok? Bisakah keputihan ada pada pria? Apakah ini penyakit? Bisakah penyakit ini disembuhkan? Mohon infonya ya dok, terima kasih.
Ny. Venny, Badung
08501693xxxx
Apa yang Ny. Venny utarakan, memang ada benarnya. Begini Ibu Venny, keputihan itu secara luas bermakna setiap pengeluaran cairan dari kemaluan, selain warna darah tidak saja berwarna putih bisa juga berwarna kuningkekuningan. Keputihan pada kondisi tertentu adalah normal/ fisiologis/wajar, seperti : menjelang/setelah haid, saat berhubungan badan, kehamilan, menyusui, bayi baru lahir. Dan umumnya tidak ada keluhan gatal dan bau. Proses ini terjadi karena ada mekanisme pertahanan tubuh dalam menjaga keseimbangan asam basa/pH vagina, akibat stimulasi hormon estrogen. Keputihan ada juga yang sifatnya tidak normal/patologis/inflammatory leucorrhea, yaitu : keputihan disertai gatal dan berbau. Pada kasus infeksi baik disebabkan virus/kanker mulut rahim, bakteri penyakit kelamin/PMS/penyakit menular seksual/kencing nanah/ gonorrhea/GO, juga bacterial vaginosis/BV, klamidia, infeksi jamur dan protozoa. Semua penyebab di atas memberi manifestasi klinik pada keputihan. Sesungguhnya keputihan itu bukanlah penyakit. Dia hanya gejala/tanda adanya perubahan/proses penyakit dalam tubuh. Mengenali faktor-faktor penyebab, menjadi prioritas dalam pencegahan dan penanganan kasus-kasus keputihan. Walaupun tidak setiap keputihan perlu mendapatkan penanganan, namun mengenali sumber penyebab menjadi hal penting dalam manajemen terapi keputihan. Pasalnya, berbeda penyebab berbeda pula penanganannya. Keputihan tidak saja mengganggu wanita, keputihan juga dapat terjadai pada pria/ pasangannya. Penanganan yang tidak menyeluruh dan kurang tepat, pada penyebab tertentu dapat menimbulkan fenomena “pingpong”, yakni penderita yang diobati sembuh, namun karena kontak kembali dengan pasangannya yang mengindap dapat tertular secara timbal balik. Biasanya penanganan kasus PMS memerlukan terapi pada penderita sekaligus juga pasangannya. Sumber keluhan keputihan dapat dikenali melalui berbagai cara. Di antaranya menggunakan pemeriksaan penunjang, seperti hapusan vagina/swabbing vagina, Papaniculao smear’s/Pap’s smear, baik dengan cara kering maupun sediaan basah/thin prep yang ketelitian dan hasilnya lebih baik, kultur cairan, biopsi/pengambilan jaringan. Keputihan dapat juga dikonfirmasi dengan pemeriksaan mikroskopik, cairan vagina bila didapatkan lebih dari 10 sel darah putih/ WBC/White Blood Count. Apapun metode yang digunakan tentu bertujuan baik. Deteksi lebih dini kemungkinan penyebab keputihan. Adapun syarat-syarat pengambilan sampelnya antara lain penderita tidak sedang haid, tidak bersenggama, tidak menggunakan obat-obatan yang masuk ke vagina dalam dua hari sebelum pemeriksaan.
Terapi Sesuai Keparahan Penyakit. Penanganan keputihan tidak selalu menggunakan obat, bahkan tidak diperlukan terapi apa pun, kecuali penyebab keputihan abnormal/patologis itu disesuaikan dengan faktor penyebab. Bila oleh bakteri diberikan antibiotika, bila oleh jamur diberikan antijamur, bila oleh virus dapat diterapi sesuai tingkatan penyakit. Terapi disesuaikan dengan derajat keparahan penyakit. Misalnya pada derajat prakanker masih ada terapi, mulai dari tindakan pembekuan, insisi/pengikisan jaringan, bahkan sampai operatif. Justru jika penyebab pasti diketahui lebih dini, keputihan oleh virus kanker serviks/ human papilloma virus/HPV masih berpeluang sembuh, (di bawah stadium kanker serviks IIb. Dan akan lebih baik lagi mencegah sebelum terkena penyakit ini. Pencegahan, dapat melalui pemberian vaksinasi HPV atau pemeriksaan skrining pap’s smear rutin, yaitu setiap pasangan yang telah kontak seksual dianjurkan memeriksakan pap’s smear secara berkala.
Jadi keputihan tidak saja dapat menghinggapi wanita, juga pria, walaupun dominan dikeluhkan para wanita. Karena itu, lebih banyak wanita yang datang memeriksakannya dibanding pria. Manifestasi klinik pada wanita, seperti radang mulut rahim/cervicitis, radang saluran telur/salpingitis, radang saluran kemih/uretritis, sedangkan pria, seperti radang saluran kemih/uretritis (non-gonorrhea/NGO atau GO), radang kantong sperma/orchitis, radang prostat/proctitis. Prevalensi infeksi klamidia 50% pria, 75% wanita, infeksi trikomonas diperkirakan 5-74% wanita, dan 5-29% pada pria. Keputihan bukanlah penyakit , namun dia adalah gejala/tanda penyakit, di samping gejala keputihan, juga mengalami keluhan gatal, bau seperti pada infeksi bakteri/BV, jamur/kandidiasis vagina. Pada infeksi virus HPV/kanker mulut rahim di samping mengalami keputihan lama, berbau, berulang ada data riwayat, seperti kontak seksual berdarah, kontak seksual usia dini (kurang 16 tahun), penggunaan kontrasepsi hormonal/pil KB, gonta-ganti seksual, dll. Menyingkirkan hal tersebut tentunya dengan memeriksakan keluhan ke pusat-pusat pelayanan kesehatan dan fasilitas pemeriksaan penunjang guna memperoleh data akurat perihal keluhan dimaksud. Ada baiknya ibu dan pasangan segera memeriksakan diri guna memperoleh jawaban pasti, apa yang Ibu Venny dan pasangannya dikeluhkan. Demikian, mudah-mudahan dapat menjawab pertanyaan Ibu. Terima kasih.
dr. I Gusti Ngurah Made Bayuningrat, Sp.OG., M.M., C.Ht.
Dosen Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa Dokter Obgin RSU Premagana