Kehamilan Tak Diinginkan, Picu Aborsi
October 12, 2015
Keputihan Mendominasi Wanita Bagaimana dengan Pria?
October 19, 2015

Kencing Manis, Penyakit Diderita Seumur Hidup

Pertanyaan :

Beberapa bulan lalu, saya didiagnosis menderita Diabetes Mellitus oleh dokter. Komplikasi apa saja yang bisa terjadi akibat diabetes mellitus tersebut? Bagaimana cara mencegahnya? Terima kasih.

Dedy, Tabanan
036126xxxx

Jawaban :

Pak Dedy yang baik, terima kasih untuk pertanyaannya. Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang ditandai kadar gula darah tinggi. DM ini disebabkan gangguan sekresi insulin atau resistensi insulin. Insulin yang saya maksud adalah hormon yang dihasilkan pankreas atau kelenjar ludah perut untuk menurunkan gula darah. Ada beberapa tipe diabetes mellitus. Paling banyak dijumpai adalah diabetes mellitus tipe 2. Diabetes mellitus tipe 2 ini didasari terutama resistensi insulin. Umumnya diawali berat badan lebih atau kegemukan. Biasanya diabetes melitus tipe 2 ini terdiagnosis pada usia dewasa. Diabetes melitus tipe 2 ini pada fase awal sering tidak memberi keluhan. Pada saat terdiagnosis, umumnya penyandang diabetes mengeluhkan banyak buang air kecil, sering merasa haus, serta mudah lelah dan berat badan menurun tanpa penyebab lain.

Diagnosis diabetes didasarkan atas keluhan ini, disertai hasil pemeriksaan kadar gula darah, yaitu gula darah puasa lebih dari atau sama dengan 126 mg/dL. Atau gula darah sewaktu lebih dari atau sama 200 mg/ dL. Diagnosis bisa juga ditegakkan berdasarkan kadar HbA1c, yaitu lebih dari atau sama dengan 6,5%. Pertanyaan Pak Dedy tentang komplikasi itu sangat baik. Memang benar DM ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu makroangiopati, mikroangiopati, dan neuropati. Makroangiopati adalah gangguan pada pembuluh darah besar. Itu didasari adanya stres oksidatif pada lapisan sel permukaan pembuluh darah akibat gula darah tinggi. Pembuluh darah besar yang dimaksud antara lain di otak, pembuluh darah jantung, serta pembuluh darah di kaki. Makroangiopati ini dapat berakibat fatal. Misalnya gangguan pada pembuluh darah jantung, dapat mengakibatkan terjadinya serangan jantung. Mikroangiopati

adalah gangguan pada pembuluh darah kecil. Seperti misalnya di ginjal dan di mata. Mikroangiopati di pembuluh darah mata sebagai contoh dapat mengakibatkan gangguan penglihatan. Sedangkan neuropati merupakan gangguan pada saraf, terutama saraf tepi dan saraf otonom. Pada gangguan di saraf tepi keluhan yang dirasakan pasien adalah kesemutan, terutama di ujung-ujung tangan dan kaki. Komplikasi yang saya ceritakan tadi tidak terjadi seketika. Namun membutuhkan waktu cukup panjang. Terjadinya komplikasi itu dapat kita cegah dengan pengendalian gula darah yang baik. Pengendalian gula darah dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu edukasi, pengaturan asupan makan yang tepat, aktivitas fisik yang baik. Bila perlu obat-obatan. Pak Dedy yang baik, saya berharap penjelasan ini dapat dipahami. Jangan berkecil hati, karena dengan pengendalian gula darah yang baik komplikasi diabetes dapat dicegah.

dr. Made Ratna Saraswati, Sp.PD.-KEMD., FINASIM.
Divisi Endokrinologi dan Metabolisme Bagian IlmuPenyakit Dalam
Fakultas Kedokteran UniversitasUdayana, RS Sanglah Denpasar

Terima kasih atas pertanyaannya. Kencing manis atau yang dikenal sebagai Diabetes Millitus (DM) bisa mengenai siapa saja tanpa memandang jenis kelamin, usia, ras dan agama. Saya akan berusaha menjawab pertanyaan tentang DM dari sudut pandang dokter anak untuk kasus DM pada anak anak. Meskipun demikian anak dan dewasa hampir sama. Di Indonesia jumlah penderita DM pada anak masih rendah. Berdasarkan data register per September 2014 didapatkan jumlah penderita DM tipe 1 sebanyak 1.100-an anak dan DM tipe 2 kurang dari 100 anak. Angka ini sangat kecil jika dibandingkan rata-rata DM di negara-negara lain. Hal ini terjadi bukan karena angka kejadian DM yang memang rendah, namun lebih seperti fenomena gunung es. Masih banyak sekali penderita DM yang belum terdeteksi sebagai DM. Dan masih sedikit sekali dokter anak yang benar-benar paham dan mampu memberikan terapi terhadap kasus-kasus DM. Di Indonesia, dokter anak bagian endokrin yang khusus menangani berbagai kasus endokrin termasuk DM, jumlahnya kurang dari 50 orang dan di Bali sendiri hanya ada tiga. Meskipun demikian seharusnya setiap dokter dan dokter anak mampu menangani kasus-kasus DM pada anak. Diabetes militus (DM) pada anak ada dua jenis. DM tipe 1 yang tergantung insulin dan DM tipe 2 yang tidak tergantung insulin. Pada anak-anak DM terbanyak adalah tipe 1. Sedangkan pada dewasa terbanyak DM tipe 2. Untuk memastikan apakah seseorang menderita DM, maka harus ada gejala klinis yang didukung pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis yang sering dijumpai seperti keluhan banyak kencing, banyak makan, banyak minum, mudah lelah, mata kabur serta kehilangan berat badan. Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan untuk memastikan seseorang menderita DM, dapat berupa pemeriksaan gula darah (acak, puasa atau tes toleransi glukosa oral), keton darah (keton urin), C-peptide, islet cell antibodies (ICA), islet cell antigens (GADA), IA-2A, insulin autoantibodies (IAA). Ingat! DM dapat diobati, bukan disembuhkan. Pengobatan DM tipe 1 sedikit berbeda dengan tipe 2. Namun demikian faktor pertumbuhan dan perkembangan anak wajib menjadi perhatian dalam pengobatannya. Pengobatan DM tipe 1 ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu pemberian insulin, pengaturan pola makan, aktivitas fisik, edukasi serta kontrol metabolik. Aspek ini akan membantu anak mendapatkan pola pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Komplikasi kencing manis dibagi dua yaitu komplikasi jangka pendek dan jangka panjang. Komplikasi jangka pendek dapat berupa gula darah yang rendah (hipoglikemi), gula darah yang tinggi (hiperglikemi), dan ketoasidosis diabetikum (KAD). Komplikasi jangka panjang dapat berupa katarak (retinopati diabetik), matinya saraf (neuropati), rusaknya ginjal (nefropati), gangguan pertumbuhan, keterbatasan gerak sendi, kelainan kulit, kelainan jantung pembuluh darah, gangguan perilaku (depresi, cemas dan gungguan makan), kehilangan gairah seksual, disfungsi ereksi. Semakin baik kontrol metabolik (gula darah terkontrol baik antara 70-130 mg/ dL dan HbA1c <7.5%) maka kemungkinan terjadinya komplikasi jangka panjang akan semakin rendah. Harus diingat, hingga saat ini DM tipe 1 tidak dapat disembuhkan. Penderita DM tipe satu mutlak memerlukan insulin. Memang ada suatu fase yang disebut remisi atau honeymoon periode. Pada fase ini di mana pendeita DM hampir sama sekali tidak memerlukan insulin. Namun ini sifatnya sementara yang menandakan pankreas sedang mengeluarkan sisa-sisa terakhir insulin. Fase ini bisa berlangsung selama satu tahun. Fase ini sering disalahpahami sebagai penyembuhan, padahal tidak. Jika ada pengobatan alternatif yang mengatakan DM tipe 1 bisa disembuhkan dan menyarankan menghentikan pemberian insulin, maka layak dipertanyakan. Jika menemukan keluhankeluhan seperti yang disebutkan di atas pada bapak/ibu/anak, maka sebaiknya segera memer iksakan diri ke dokter. Dokter akan membantu menentukan apakah memang menderita DM atau tidak. Jika memang menderita DM, maka diharuskan control teratur untuk mengurangi kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi.

dr. I Nyoman Arie Purwana, M.Sc., Sp.A.
Endokrin Anak dan Remaja Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa

Pertanyaan Dedy bagus. Penyakit DM dikenal juga sebagai kencing manis. Saya ingin menyampaikan aspek lain DM yang ternyata tidak hanya ditemukan pada pria, juga wanita. Tidak hanya pada orang dewasa juga anak-anak. Mengingat berbagai dampak buruk yang ditimbulkan, penting kiranya mengenali gejala dan tanda, termasuk kejadian pada wanita. Gambaran klasik. DM dikenal sebagai trias 3P, yaitu polydipsi (banyak minum. DM diakibatkan terlalu banyak pembakaran dan kehilangan cairan. Perlu lebih banyak minum), polyfagia banyak makan, gula tidak sampai ke sel tubuh sehingga lapar, ingin terus makan), polyuria (banyak kencing, kadar gula darah meningkat, melampaui daya serap ginjal, terjadi osmotic diuresis, gula menarik cairan dan elektrolit, sehingga mengeluh banyak kencing). 3P, dapat menjadi indikator deteksi awal gejala kencing manis. Komplikasi yang dapat timbul, pada ibu hamil tidak saja berbahaya bagi ibu juga janinnya. Seperti bayi besar (berat badan lahir 4.500gr), akibat kelebihan gula/hiperglikemi yang berdampak ke janin. Pada trimester awal mudah terjadi keguguran, kelahiran prematur, kematian janin dalam rahim. Bahkan kelainan janin bawaan, sebagai penyebab kematian pada 10% kasus DM tipe 1 dan 2 yang tidak teregulasi dengan baik. Trimester 3 berdampak viseromegali, terjadi keterlambatan pematangan paru sehingga janin mudah sesak napas (Respiratory Distress Syndrome/RDS). Komplikasi pada organ lain, seperti mata, saraf bahkan luka sulit sembuh. Sama halnya DM umumnya. Gangguan tidak saja pada masa kehamilan dan persalinan, bahkan pascanifas. Penanganan ibu hamil DM memerlukan kerja sama tim dengan spesialisasi lain. Seperti penyakit dalam, gizi, anak, saraf, mata, psikoterapi, anestesi, penunjang laboratorium, dll. Untuk menatalaksana penyakit tersebut. DM salah satu penyulit yang sering terjadi selama kehamilan. Angka kejadian 3-5%. Pada kehamilan 90% kasus berupa intoleransi karbohidrat/gula yang ditemukan pertama kali saat hamil. Ini disebut sebagai DM Gestasi/DMG, dan 10% kasus adalah DM tipe 1 dan 2. Peningkatan angka kesakitan janin, dan kematian ibu hamil. DM ini berkorelasi langsung dengan kondisi hiperglikemi. Di samping itu, dapat timbul penyulit jangka panjang terhadap bayinya akibat mekanisme fetal programming. Ancaman periode kritisnya tertentu, akan diadaptasi dan terbawa seumur hidupnya. Maka, akibatnya bayi mengalami pertumbuhan terhambat. Kelak dia akan lebih mudah menderita DM, sakit jantung, dll. Demikian pula bayi besar akan mudah berkembang menjadi penderita DM dan kegemukan. Betapa pentingnya mengenali secara dini DM selama hamil. Selain itu, memahami dampak buruk yang ditimbulkan yang dapat berlanjut selama kehidupan. Pada ibu hamil, DM berisiko terjadi kecacatan. Karena itu perlu deteksi dan evaluasi kelainan bawaan dengan indicator gula darah/glukosa, glukosa, keton urin, target glukosa puasa < 100 mg/dl, dan 2 jam setelah makan < 140 mg/dl, AFP alfa-fetoprotein hamil 16 minggu, HbA1c trimester 1 untuk regulasi gula darah 3 bulan terakhir, dan USG mulai hamil 13 minggu. Perawatan antenatal, setiap 2 minggu sampai 9 bulan, dan setiap 1 minggu sampai lahir. Target gula darah senormal mungkin, melalui pengaturan pola makan/diet, olahraga, dan pemberian insulin. Sedangkan obat tablet antidiabetes (OAD) pada ibu hamil tidak dianjurkan, karena menembus sawar plasenta yang berdampak kecacatan/ teratogenik dan efek stimulasi sel insulin janin, terjadi kekurangan gula pada janin/hipoglikemi. Perawatan pascamelahirkan memantau dan meregulasi gula darah. Pengobatan DM berlangsung terus-menerus selama kehidupan. Tidak ada istilah sembuh dari DM. Yang ada gula darah terkontrol. Maka cegahlah sebelum terlambat. Lakukan pengobatan kontinu agar terkontrol.

dr. I Gusti Ngurah Made Bayuningrat, Sp.OG., M.M., C.Ht.
Bagian Kebidanan & Penyakit Kandungan RSU Premagana
Dosen Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa

Pada penderita DM kenaikan kadar gula darah salah satunya disebabkan karena pola makan tidak seimbang. Apalagi itu berlangsung secara terus-menerus dalam waktu cukup lama. Kenaikan gula darah apabila tidak ditangani dengan baik, akan menimbulkan komplikasi pada berbagai organ tubuh. Karena itu diperlukan diet disertai latihan jasmani dan perubahan perilaku tentang makanan. Diet DM ini sifatnya personal/individu, karena kebutuhan kalori tergantung dari berat badan dan tinggi badan, aktivitas fisik, ada tidaknya komplikasi, dll. Secara umum prinsip diet DM adalah “Tepat 3 J” (Jumlah, Jenis, Jadwal). Tepat jumlah maksudnya, makanan yang dimakan jumlah kalorinya sesuai dengan kebutuhan tubuh. Tepat jenis bahwa pasien harus memilih makanan sehat yang boleh dimakan dan menghindari makanan yang tidak boleh dimakan. Tepat jadwal, diharapkan pasien makan dengan jadwal teratur setiap harinya terdiri dari tiga kali makan utama, ditambah tiga kali makanan selingan. Tujuan diet DM, membantu pasien memperbaiki kebiasaan/pola makan, sehingga mendapatkan metabolic controle lebih baik dengan cara: mempertahankan kadar gula darah, supaya mendekati normal dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin, obat penurun gula, dan aktivitas fisik, memberi cukup energi mempertahankan atau mencapai berat badan normal (BBN), menghindari komplikasi, meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal. Syarat diet DM adalah: energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal, protein normal 10-15% dari kebutuhan energi total, lemak sedang 20-25% dari kebutuhan energy total, karbohidrat sisa dari kebutuhan energi total 60-70%, penggunaan gula murni tidak dianjurkan kecuali pasien dalam keadaan hipoglikemi, penggunaan gula alternatif (bahan pemanis selain sakarosa) dibatasi. Konsumsi serat dianjurkan terutama dari sayur dan buah. Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur yaitu 3.000mg/hari. Secara umum dipakai 8 jenis Diet DM, yaitu Diet 1.100, 1.300, 1.500, 1.700, 1.900, 2.100, 2.300, 2.500 kalori. Jenis bahan makanan yang dibatasi/tidak dianjurkan di antaranya yang mengandung banyak gula sederhana, seperti gula pasir, gula jawa, sirop, jam/ selai, susu kental manis, softdrink, es krim, dodol, roti, dan kue-kue manis. Mengandung banyak natrium, seperti ikan asin, telur asin, dan makanan yang diawetkan. Mengandung banyak lemak jenuh (dari hewani) dan lemak trans (dari makanan yang digoreng berkali-kali). Jenis bahan makanan yang diperbolehkan di antaranya nasi, roti putih, mi, kentang, ikan, ayam tanpa kulit, susu khusus DM, tempe, tahu, kacang-kacangan, buah dan sayur dalam jumlah terbatas. Demikian sekilas mengenai diet DM, untuk mendapatkan pelayanan gizi yang optimal dan jumlah kalori yang dibutuhkan pasien, dapat dokonsultasikan langsung di bagian instalasi gizi rumah sakit.

Ayu Wira Pratiwi, S.T.
Staf Gizi pada Instalasi Gizi RSUD Wangaya

Penyakit DM adalan kumpulan gejala pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula (glukosa) dalam darah akibat kekurangan produksi insulin maupun terjadinya ketidakpekaan insulin (Insulin Resistance/IR). Seiring perkembangan zaman terjadi peningkatan prevalensi penyakit DM di dunia. Dan di Indonesia sendiri dari hasil penelitian Perkeni tahun 1980-2000 menunjukkan peningkatan prevalensinya sangat tajam, contohnya pada penelitian di Jakarta prevalensi DM dari 1,7% tahun 1982 naik menjadi 5,7% tahun 1993 dan meningkat lagi menjadi 12.8% tahun 2001. Diabetes sendiri secara umum dibagi menjadi dua tipe, yaitu Diabetes tipe I dan tipe II, di mana saat ini DM tipe II jauh lebih mendominasi. Diabetes tipe II adalah suatu kondisi diabetes yang biasanya diawali kondisi obesitas dan kelebihan berat badan (over weight). Pada obesitas dan over weight terjadi ketidakpekaan insulin (Insulin Resistance/IR), dan IR akan menimbulkan sekumpulan gejala yang dikenal sebagai Sindroma Metabolik (Metabolic Syndromes/MS). Gejala & tanda MS sendiri adalah terjadinya peningkatan lingkar pinggang (>90 cm pada pria Asia dan >80 cm pada wanita Asia). Peningkatan kadar gula darah puasa (100-124 mg/dl), peningkatan kadar Triglycerida (>150 mg/dl), penurunan kadar HDL (<40 mg/dl) dan peningkatan tekanan darah (>130/90 mmHg). Metabolic Syndromes/MS sendiri sering dianggap sebagai cikal bakal DM tipe II. Artinya dengan pencegahan dan penganggulangan MS, kita bisa mencegah terjadinya DM yang secara klinis jauh lebih sulit penanganan dan komplikasinya dibandingkan MS. Penanganan MS atau sering disebut Pre-Diabetes adalah dengan mengembalikan kepekaan insulin (Insulin sensitisation). Dengan kembalinya kepekaan insulin, maka sel-sel pankreas bisa bekerja lebih efektif dalam mengontrol gula darah, sehingga kondisi pre-diabetes tersebut tidak berkembang menjadi DM. Ada berbagai metode mengembalikan kepekaan insulin. Salah satu metode yang cukup efektif itu adalah olahraga/exercise. Secara umum kita mengenal dua jenis olahraga/ exercise, yaitu cardiovascular endurance (latihan aerobik) dan muscle endurance (latihan beban). Dalam olahraga jenis/kegiatan bersifat spesifik. Jika Anda hanya berlatih aerobic, maka ketahanan cardiovasculer saja yang akan bertambah. Demikian pula, jika hanya berlatih latihan beban, maka ketahanan otot saja yang akan bertambah. Berbagai penelitian klinis telah membuktikan baik latihan aerobik maupun latihan beban berkorelasi positif terhadap kepekaan insulin dan kontrol gula darah. American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan, seseorang dengan diabetes tipe dua sebaiknya melakukan 150 menit latihan aerobic intensitas sedang dan/atau 90 menit latihan aerobik intensitas tinggi per minggu. Latihan aerobic secara teratur menunjukkan adanya peningkatkan kontrol gula darah, meningkatnya sensitivitas insulin, dan menurunnya faktor risiko kardiovaskular, seperti : lemak viseral, profil lipid (kolesterol jahat), kekakuan arteri, dan gangguan fungsi endotel. Sedangkan latihan beban, dilaporkan terjadinya peningkatkan sensitivitas insulin, peningkatnya pembakaran energi harian dan peningkatan kualitas hidup (terkait kekuatan dan kelincahan). Dan dalam penelitian itu juga dinyatakan kombinasi latihan aerobik dan latihan beban akan bekerja sinergis dan berdampak sangat signifikan pada kesehatan penderita DM, dibanding hanya berlatih salah satu saja. Aktivitas fisik yang bersifat rekreasional dan relaksasi seperti Yoga, Thai Chi, Pillates, dll. juga dapat ditambahkan dalam program latihan di luar latihan aerobik dan latihan beban. Latihan aerobik bisa dilakukan 5-7 x per minggu. Pada umumnya latihan aerobik bisa dilakukan di pagi hari dengan intensitas ringan-sedang dan durasi 20- 40 menit. Durasi yang terlalu lama dan intensitas terlalu tinggi akan berdampak peningkatan kadar hormon stress (kortisol) terutama di pagi hari, sehingga berisiko menimbulkan ketidakstabilan kadar gula darah. Latihan beban bisa dilakukan 3-4 x per minggu berselang, pada umumnya latihan beban bisa dilakukan di siang-sore hari dengan intensitas sedang dan durasi 20-30 menit. Pada penderita DM dengan kebugaran baik bisa melakukan aktivitas aerobik pascalatihan beban dengan intensitas ringan selama 20-30 menit. Kondisi yang penting diperhatikan pada penderita DM yang melakukan aktivitas olahraga/exercise adalah terjadinya penurunan kadar gula darah pasca-aktivitas itu, berisiko terjadinya hypoglicemic (turunnya kadar gula darah di bawah normal). Tanda-tandanya seperti pucat, keringat dingin, pusing, lemas bahkan sampai pingsan. Karena itu pada penderita DM terutama yang menggunakan terapi insulin, harus memeriksakan kadar gula darahnya sebelum melakukan olahraga/exercise. Selain itu mempersiapkan cairan/tablet glukosa (gula) jika sewaktu-waktu terjadi hypoglicemic. Pada penderita DM sebaiknya berolahraga di tempat terang dan datar agar terhindar terpeleset/jatuh (terutama pada penderita DM dengan neuropathi), berolahraga dengan partner (jika terjadi hypoglycemic bisa segera memberi bantuan). Pesan terakhir buat para penderita DM, sebelum melakukan aktivitas olahraga/exercise konsultasi dahulu dengan dokter yang merawat anda.

dr. Tanjung Subrata, M.Repro.
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan, Science and Technologi Universitas Dhyana Pura
Pengajar di Rai Institute, Fitness Education Center, International FitnessProfesional Association
Konsultan di Singapore Medical Fitness Management

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup. Jika didiagnosis sejak awal, sebenarnya DM dapat dikendalikan, sehingga tidak sampai mengganggu kualitas penyandang DM (Diabetisi). Namun jika diabetes tidak dikelola dengan baik, maka DM menyebabkan beberapa komplikasi. Antara lain kerusakan pada pembuluh darah kecil (microangiopathy) pada retina mata dapat menyebabkan kebutaan (Diabetic Retinopathy). Kerusakan pembuluh darah kecil pada ginjal, dapat menyebabkan gagal ginjal (Diabetic Nephropathy) dan kerusakan pada saraf tepi, dapat menyebabkan perasaan kebas/ baal pada ujung-ujung jari (Diabetic Neuropathy). Kerusakan pada pembuluh darah besar (macroangiopathy) juga dapat terjadi pada jantung, juga dapat menyebabkan penyakit jantung koroner. Dan pada pembuluh darah otak dapat menyebabkan serangan stroke. Komplikasi pada penyandang DM (Diabetisi) dapat dicegah dengan empat pilar pengelolaan diabetes yang harus dilakukan dan dipatuhi penderita diabetes, yaitu: 1) Edukasi dan pemahaman DM. 2) Mengatur pola makan. 3) Olahraga teratur. 4) Pengobatan dan pemantauan hasil terapi melalui pemeriksaan laboratorium. Laboratorium Klinik Prodia, dalam hal ini berkomitmen membantu diabetisi dalam mengelola DM. Salah satu bentuk upayanya dengan menyediakan Panel Pengelolaan Diabetes. Panel itu berisi sejumlah pemeriksaan yang bermanfaat untuk memantau kondisi individu penyandang diabetes, memantau kepatuhan dalam mengikuti terapi dan melihat risiko komplikasi yang mungkin terjadi. Panel Pengelolaan Diabetes terdiri dari: 1) Glukosa Puasa dan Glukosa 2 jam PP (untuk melihat konsentrasi glukosa individu pada saat periksa). 2) HbA1c (untuk melihat konsentrasi rata-rata glukosa selama 3 bulan terakhir, menilai keberhasilan terapi oleh Dokter dan Manajemen DM yang optimal). 3) Albumin Urin Kuantitatif Sewaktu, Cystatin C dan Urine Rutin (untuk menilai fungsi ginjal). 4) Albumin/Globulin dan SGPT (untuk melihat ada/ tidaknya gangguan fungsi hati). 5) Kolesterol Total, Kolesterol LDL, Kolesterol HDL dan Trigliserida (untuk melihat ada/ tidaknya gangguan lemak yang dapat meningkatkan resiko penyakit jantung koroner). Pemeriksaan Panel Pengelolaan DM ini dianjurkan 1-2 kali setahun. Hal itu harus sesuai petunjuk Dokter atau kondisi Diabetisi.

Tim Laboratorium
Klinik Prodia Denpasar