Kaki Kram, Fenomena Berbagai Penyakit
October 7, 2015
KB Steril dan Fenomena Hubungan Seksual Jarak Jauh
October 7, 2015

Kanker ”Bukan di Luar Kemampuan Kita”

Pertanyaan :

Dok, Saya didiagnosis menderita kanker, apa itu kanker? Bisakah dicegah/dihindari? Adakah obatnya? Mengapa orang bisa terpapar kanker? Bagaimana peran pemerintah maupun swasta dalam penanganan kanker, apa yang dapat saya lakukan? Terima kasih.

Bunda Setia, Denpasar
08510043xxxx

Jawaban :

Pertanyaan ibu menarik disimak. Pertama-tama kami sampaikan kanker diyakini membunuh banyak orang, di samping AIDS, malaria, TBC, namun lebih banyak orang meninggal akibat kanker. Fatalnya dari yang meninggal 70% terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Sesungguhnya 43% kanker itu dapat dicegah, kalau kita awas. Dalam hal ini, masyarakat perlu menyadari kanker dapat dicegah dan ditanggulangi. Caranya mengurangi/menghilangkan konsumsi tembakau dan alkohol, mencegah paparan bahan pemicu kanker, imunisasi/ vaksinasi, berperilaku hidup bersih-sehat, dan menggugah masyarakat sosialisaasi kanker melalui seminar, promosi kesehatan, gerakan nasional peduli dan cegah kanker, kawasan tanpa rokok (KTR). Program promotif dari Kementerian Kesehatan, di Bali bahkan sudah ada Perda KTR. Rokok itu mengandung bahan-bahan yang menyebabkan “terkapar”, seperti pembersih lantai, bahan bakar, methanol, zat radioaktif/polonium, pewangi/naftalene, parfum/asentamizole, cat, racun tikus, zat pengawet/formalin, merkuri, dll.

Imbauan Kementerian Kesehatan hindari rokok dan alkohol. Gaya hidup sehat itu memang gampang-gampang susah. Mengucapkan gampang, pelaksanaannya susah, apalagi yang sudah kecanduan. Makan sehat lengkap seimbang, cek kesehatan secara rutin, beraktivitas fisik setiap hari, cukup istirahat dan kelola stress dengan baik. Gaya hidup sehat dapat mencegah sampai 50% kanker. Alasannya, kanker bukan di luar kemampuan kita. Mari kita hidup sehat, hindari kanker. Data YKI kanker per tahun, mencatat alat reproduksi wanita di Indonesia diperkirakan 1 dari 1000 penduduk. Tragisnya 80% tergolong penderita kanker stadium lanjut. Masyarakat hendaknya lebih aware/sadar tentang kanker ini.

dr. I Made Sarmadi, MARS.
Panpel Promkes Kanker Dinas Kesehatan Provinsi Bali
Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa

Kanker tidak ada yang terjadi tiba-tiba, manifestasi memerlukan waktu bertahuntahun. Faktor risiko kanker banyak sekali, sehingga untuk mencegah harus menggunakan berbagai mediator. Agar bisa memahami kanker itu, bisa dihentikan dari awal. Bagaimana melakukan pencegahan dini? Strateginya antara lain perilaku hidup, mode hidup sehat, atau life style bukan hidup kanker. Sistem imun kita ini bekerjanya tergantung dari usia, paling tinggi/mencapai puncak saat ada pada bentang usia 25 tahun. Setelah itu akan mengalami penurunan. Kemudian bekerja hanya mempertahankan diri saja. Setelah itu terjadi degradasi yang akan nampak pada usia 50 tahun. Sel yang bertanggung jawab untuk mengontrol perubahan pertumbuhan sel kanker yaitu sel limposit T, Natural killer (NK sel) menurun/hilang sehingga kontrol imun sistem berkurang, akibatnya pertumbuhan sel normal berkurang. Idealnya melakukan terapi menaikkan jumlah sel ini. Namun karena ingin buru-buru, Akhirnya dipilih tindakan cepat berupa tindakan operatif untuk menaikkan sistem imun.

Itu merupakan salah satu strategi sangat bagus mencegah kanker. Perkembangan kanker sangat panjang tidak muncul tiba tiba. Ada proses adaptasi dan disadaptasi tubuh. Kanker mulai tampak menunjukkan pra-penyakit, dengan jelas dan dapat didiagnosis. Ada tiga fase harus dikenali, yang pertama bisa mencegah dari awal. Caranya? Berperilaku hidup sehat. Yang dimaksud, hidup bersih fisik dan rohani. Sebetulnya hidup bersih tidak susah, karena memang keberadaan kita adalah orang-orang bersih. Tetapi ketika masuk ke dalam lingkungan buruk, lingkungan itu mengajarkan hidup kurang bersih. Agar bisa bersih, maka harus ingat filosofi hidup, hiduplah dengan rohani bersih. Spiritual yang bersih dengan sikap jiwa bersih. Di balik katakata, ada niat bersih, tenang, damai, bahagia, kasih sayang. Bila sudah demikian pasti tidak akan memilih sikap hidup sakit. Merokok pasti merusak tubuh, mengganggu kesehatan. Hal itu tentu tidak akan dipilih, memang ada lingkungan perokok tetapi kita tidak memilih. Mari ajarkan diri masing-masing berpihak memilih hidup bersih fisik dan rohani.

Kedua memilih solusi yang tepat. Bukan solusi salah dalam menyelesaikan permasalahan. Seperti memilih merokok atau minum alkohol. Karena itu perlu diajarkan bagaimana mengambil solusi yang baik. Ketiga memahami tujuan kehidupan itu sendiri. Ada kaitan antara konsep religi dengan konsep materialistik yang berkembang saat ini. Ada tiga kelompok: pertama bagaimana hidup bersih. Kedua bagaimana makan makanan sehat. Ketiga bagaimana pola kita menjalani kehidupan fisik optimal. Demikian juga secara rohani, agar mencapai tujuan hidup ini sesungguhnya. Pola kehidupan idealnya seperti itu. Makan dan minum membutuhkan supportif. Misalnya dalam suasana/cuacaa dingin alkohol akan membantu menghangatkan dan menyehatkan tubuh. Namun bahayanya dapat menyebabkan kecanduan. Akibatnya kemudian kondisi fisik terganggu. Akar masalahnya pada tujuan dan manfaat zat tersebut.

Dokter juga seyogianya memberi pelayanan non medikamentosa, seperti : penyuluhan (boleh oleh siapa saja), fungsinya pencegahan. Bila kanker sudah terjadi, sudah melewati fase adaptasi, fase disadaptasi, fase pra-penyakit, dan terjadilah sakit. Kemudian baru datang berobat 80% dalam stadium lanjut. Jelas waktu hidupnya akan pendek. Karena, sudah terjadi kerusakan organ sangat luas. Lokal maupun yang lain dan kompensasi sudah terganggu. Proses penyembuhan atau mengeliminir kanker, waktunya menjadi terbatas. Dari sudut kesehatan jalan pintasnya terapi dengan operasi (kalau memungkinkan), karena itu tidak menyelesaikan masalah, maka diperlukan tindakan/terapi tambahan berupa penyinaran, radiasi. Ada berbagai macam terapi/obat yang disiapkan, seperti kemoterapi, imunomodulator, hormonal, targeting, biologic modifier. Ini harus diberikan dengan cara bijaksana. Tidak boleh hanya satu pilihan terapi, banyak hal harus diperhatikan, harus bijak, memberikan caracara mengembangkan strategi terapi dengan tepat, kalau tidak maka pasien akan ke alternative sehingga informasi yang harusnya lebih tepat menjadi kurang tepat atau tidak tepat. Hal pertama diperhatikan pada kanker, coba cari tahu, bagaimana strategi terbaik memilih terapi itu? Jangan buru-buru, jangan juga terlambat. Apalagi sudah mencapai stadium lanjut. Kalau masih pertumbuhan lambat maka terapi utama maupun supporting terapinya harus benar-benar logis. Menangani kanker itu sangat “jelimet”, Perlu waktu, maka berkonsultasilah dengan orang tepat. Jika menderita kanker anggap saja itu sebagai satu “baju baru” atau kesempatan kedua dalam hidup, yang harus diterima. Cuma bagaimana cara memakainya? Nah mari tanyakan pada orang yang telah mempelajari memakai baju itu. Misalnya menanyakan pengalaman dokter yang sering menangani kanker, itu. Bagi yang belum kena atau yang sudah kena, hindari polusi pada fisik maupun spirit-rohani, makan makanan yang pantas dan patut, sesuai unsur-unsur yang diperlukan. Makanlah untuk hidup, bukan hidup untuk makan. Marilah hidup sesuai kehendak alam. Hidup yang bahagia, menjalani hidup dengan selalu tenang damai. Capailah keadaan yang sesungguhnya, yaitu : yang sejati, bahagia bersama selama-lamanya.

dr. Tjokorda Gde Dharmayuda, Sp.PD., KHOM.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Hematologi Onkologi Medik
Ketua Sentra Pengembangan & Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T) Provinsi Bali

Kebanyakan pasien kanker panik karena baru kankernya baru diketahui setelah stadium lanjut. Pasien dan keluarga kehilangan harapan/putus asa. Solusi terapi kanker di Modern Cancer Hospital Guangzhou, Cina dengan terapi intervensi minimal invasif secara menyeluruh. Tidak hanya terapi fisik juga psikologis. Kombinasi dengan teknologi modern, fokus pada pasien, menerapkan terapi personal bertarget, menghancurkan kanker di lokasinya tanpa melukai jaringan sekitarnya, mengurangi kerusakan tubuh dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Denny Pramono
Bali Representative Modern Cancer Hospital Guangzhou

Ketika berbicara tentang strategi, cara terapi tepat dan akurat pasien kanker. Keluarga bertanya-tanya, ke mana harus mencari informasi yang tepat. Strategi mana yang sesuai dengan penyakitnya. Solusi pencegahan ada kaitannya dengan penurunan sistem daya tahan tubuh/imun. Di mana syitem imun sebagai dokter pribadi/tentara yang menjaga tubuh. Ibarat fondasi sebuah rumah system imun menjadi dasar kesehatan. Sistem imum itu harus kuat menopang. Orang sakit berat, karena sistem imunnya lemah perlu dikuatkan. Bila imun overactive atau inactive, maka fungsi organ bermasalah. Selain membangun sistem imun, tetap juga melakukan terapi kanker, dan dengan transfer factor membangun sistem imun natural killer sel, yang membantu sel tubuh dalam meminimalkan sel kanker.

dr. Cokorda Gde Suprayogi
Dokter Pemerhati sistem imun Transfer Faktor

Selama lima tahun terakhir, Kementerian Kesehatan sudah bergerak, termasuk lingkungan bersih anti rokok. Sekali merokok 7.000 polutan masuk tubuh, memblok darah yang membawa oksigen, sehingga untuk membangun sel tidak mampu. Perokok pasif juga terkena. Di Eropa/Amerika, perokok itu harus di lingkungan taman/ruang tertutup dengan exhaust. Berbeda sekali dengan di Indonesia, perokok dapat merokok di mana saja. Gaya hidup kita memengaruhi kanker. Kenapa orang boleh merokok di mana-mana? Perokok, biasanya mereka mengalami rasa takut dan kecemasan menetap. Memang nikotin dapat membuat nyaman, namun satu kenyamanan dengan 7.000 zat beracun masuk tubuh. Racunnya sebanding dengan pestisida. Hal itu sering dilupakan masyarakat. Ungkapan hentikan rokok tapi tidak bergerak. Sebetulnya akar masalahnya adalah mental, sehingga kesadarannya ditanyakan. Mencegahnya, faktor kecemasannya harus dicari. Apakah mulai masa prenatal, natal, sesudah kelahiran, atau siklus kehidupannya. Orang tua sering menekan anak ketika ingin membangun ego, sehingga anak mempunyai rasa cemas yang disimpan. Bicara kanker pendekatanya perlu holistik. Mulai dari dalam diri, unit keluarga. Perlu mendidik agar anak itu tidak memiliki kecemasan. Anak sering mencari hal-hal di luar yang sifatnya aditif/ketagihan, sehingga yang harus dilihat adalah awareness/kesadaran. Dalam hal ini, bukan hanya menyalahkan, menghentikan rokok. Namun mendiagnosis secara psikologis, bekerja sama dengan internis, alternatif terapi, dll. Rokok ketika diisap, sama dengan menghisap zat-zat kimia tersebut. Dari 1.000 orang 100 orang di Indonesia, terpapar kanker. Materialistis mind membuat lupa tertawa, lupa senang, lupa makan, memicu stres bahkan kanker. Pengobatan modern bekerja secara tim, maka masyarakat akan mendapatkan alternative pilihan terapi.

Orang kena kanker 80% sudah stadium lanjut, biasanya tenang-tenang saja, Mereka tidak tahu, tetapi tiba-tiba saja panik, ini mentaliti yang sakit bukan fisik saja, juga psikisnya yang tidak bisa menerima keadaan/blok mental. Kepanikan tidak hanya menghinggapi pasien juga yang menanganinya. Dokter bekerja tim untuk keberhasilan terapi. Jadi apa pun penanganannya kembali kepada pasien, terutama keputusan bahagia. Di hipotalamus ada serotonin dilepaskan, pasien menerima penyakitnya. Kesadaran akan penyakitnya membantu menguatkan. Keputusan untuk bahagia paling penting membantu penyembuhan.

Caecilia Nirlaksita R, S.Psi, C.Ht. Psikolog
Psikolog, Konselor Anti-Rokok

Kanker itu sel bertumbuh lebih cepat dari seharusnya. Kanker dapat dipicu berbagai hal, termasuk rokok. Third hand smoker/perokok ketiga adalah perokok yang saat itu tidak merokok. Namun bau rokok dibawa juga. Hal itu berbahaya efeknya 80%. Perokok pertama adalah orang yang langsung merokok. Perokok kedua adalah yang menghisap asap perokok. Di Cina beberapa puluh tahun lalu kanker diakibatkan karena faktor infeksi dan sekarang bergeser gaya hidup seiring masuknya berbagai produk makanan cepat saji, teknologi, dan sebagainya.
Ada perbedaan kanker pada anak dan dewasa. Pada anak ada kecenderungan mendapatkan dari awal kehidupannya. Paparan ibu selama hamil, misalnya pada anak dengan sindroma Down, kromosom trisomi 21 dari awal ada sudah memiliki masalah genetik. Anak ini di kemudian hari memiliki risiko mengalami leukemia lebih besar dibandingkan anak normal. Membicarakan masalah kanker maka harus juga membicarakan masalah edukasi. Edukasi tentang risiko terjadinya kanker sangat penting dilakukan. Harus diingat semua sel tubuh memiliki potensi berubah menjadi sel kanker. Itu tergantung faktor-faktor pencetusnya. Konsultasikan masalah kanker (jika anak mengalami kanker) pada dokter ahli kanker atau jika belum mengalami kanker maka perlu bertanya faktor-faktor apa saja yang dapat memicu munculnya kanker tersebut. Mudah-mudahan apa yang kami sampaikan dapat dipahami. Terima kasih.

dr. I Nyoman Arie Purwana, M.Sc., Sp.A.
Dokter Spesialis Anak, Konselor anti rokok Dosen Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa