Hindari Merokok dan Konsumsi Alkohol Saat Hamil
October 5, 2015
Bincang Bincang Medis Siloam part 1
October 5, 2015

Hiperhidrosis, Kondisi Pengeluaran Keringat Berlebihan

Pertanyaan :

Selamat pagi dokter, saya menderita telapak kaki dan tangan sering mengeluarkan keringat berlebihan? Apa penyebabnya? Terima kasih.
Andhy, Denpasar
08574181xxxx

Jawaban :

Apa yang Andhy gambarkan itu, dalam dunia medis dikenal sebagai hiperhidrosis, suatu kondisi pengeluaran keringat secara berlebihan, diperlukan dalam pengaturan suhu tubuh. Umumnya orang akan berkeringat jika melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, stres, cemas atau gugup, bila keringat berlebihan maka disebut hiperhidrosis. Pengeluaran keringat sebetulnya adalah suatu mekanisme yang normal dan penting dalam pengaturan suhu tubuh yang esensial bagi kehidupan. Hiperhidrosis diakibatkan oleh produksi kelenjar keringat yang berlebihan oleh kelenjar ekrin yang menunjukkan overaktif persarafan kelenjar tersebut. Meskipun kelenjar keringat ekrin bentuk, dan fungsi normal, berdampak pada berbagai area tubuh. 1% populasi menderita kondisi ini.

Hiperhidrosis bukanlah suatu kondisi yang fatal. Eksplorasi kelenjar keringat diperlukan, seperti kelenjar ekrin, apokrin, apoekrin. Juga penting mengertikan peran psikologis dalam memelihara suhu tubuh dalam kondisi yang sesuai. Hiperhidrosis dibagi ke dalam kondisi primer/idiopatik/esensial, hanya akibat aktivitas simpatis yang berlebihan. Sementara sekunder, akibat kondisi lain, ada 3 tipe: tipe general, seluruh tubuh berkeringat akibat disregulasi otonom, dan timbul sebagai kondisi sekunder akibat penyakit, seperti keganasan, diabetes, kecemasan, kondisi menopause, sindrom kanker. Tipe lokal, seperti keringat berlebihan pada ketiak, telapak tangan, telapak kaki, lipatan kemaluan, dan area tubuh lain setempat, hal ini akibat regenerasi abnormal saraf simpatis, cedera kelenjar keringat atau pembuluh darah, tidak akibat dampak pada pembuluh darah, penderita ini berkeringat pada permukaan kulit, sering mengusap tangannya, serta tipe yang dihubungkan dengan berbagai penyerta penyakit, seperti penyakit saraf tepi, tulang belakang, jantung, kulit, tumor dada, dan lain-lain, bahkan dapat terjadi oleh makanan pedas. Peran psikologis/kejiwaan juga dapat mengakibatkannya.

Beberapa terapi untuk meringankan gangguan ini antara lain aluminium compound, aldehid, antikolinergik, seperti : glikopirolat, benztropin dan oxybutinin, botulinum toxin A, antiperspiran, simpatektomi atau pembedahan, iontophoresis, dan sedot kelenjar lemak. Pengetahuan tentang gangguan ini, dan metode penanganan serta manajemen harusnya mampu mengoptimalkan terapi penderita gangguan keringat berlebihan. Mengingat begitu banyaknya aspek yang dapat menimbulkan kondisi yang Andhy keluhkan, saran kami lakukanlah pemeriksaan kesehatan di pusatpusat pelayanan kesehatan, dokter, psikolog, psikiater untuk mencari dan menemukan diagnosis yang tepat dari berbagai penyebab tersebut, sehingga penanganannya dapat sesuai dengan akar masalahnya. Terima kasih.

dr. I Gusti Ngurah Made Bayuningrat, Sp.OG., M.M., C.Ht.
Dosen dan Dokter Obgin Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa
RSU. Premagana & RSIA Puri Bunda

Terima kasih atas pertanyaannya. Keringat berlebihan atau yang dikenal sebagai hiperhidrosis termasuk dalam kelainan pada sistem saraf otonom. Hiperhidrosis merupakan suatu kelainan di mana kelenjar keringat memproduksi keringat yang secara fisiologis berlebih untuk mengatur regulasi suhu tubuh. Hiperhidrosis bisa terjadi pada seluruh tubuh atau setempat, namun tersering terjadi pada telapak tangan dan kaki. Hiperhidrosis bisa terjadi pada anak-anak maupun dewasa dengan usia terbanyak antara 14-25 tahun. Di negara maju seperti Amerika Serikat kejadian hiperhidrosis berkisar 2,8 – 3% dari populasinya dan di Indonesia belum ada angka yang pasti. Hiperhidrosis dapat terjadi primer tanpa sebab yang jelas, biasanya berhubungan dengan faktor keluarga atau keturunan, dan biasanya dimulai saat masa anak-anak atau remaja serta tidak akan muncul saat mereka tidur. Dapat juga terjadi sekunder akibat adanya masalah medis, biasanya dimulai saat dewasa serta akan muncul saat aktivitas maupun tidur. Hiperhidrosis sekunder dapat diakibatkan oleh karena adanya gangguan psikologis, infeksi, kelainan saraf, kelainan metabolisme, kelainan jantung (gagal jantung), kelainan endokrin (hipertiroid), dan penggunaan obat-obatan (propanolol, golongan opioid, dll).

Pada dasarnya penyakit ini tidak berbahaya hanya memberikan dampak sosial (menarik diri dari pergaulan, menghindari kontak sosial atau berkumpul dengan lawan jenis), emosional (seperti depresi, malu, tidak percaya diri) dan menurunkan produktivitas kerja. Penderita hiperhidrosis pada umumnya memiliki kelenjar keringat yang normal namun sangat responsif terhadap rangsang emosional dan stres. Pada kondisi tidur atau sedasi (terbius) kelenjar keringat ini sebenarnya tidak akan aktif. Diagnosis hiperhidrosis dapat dilakukan dengan melakukan beberapa tes seperti starch iodine test dan paper test maupun tes lainnya. Hasil tes akan menunjukkan lokasi-lokasi tubuh mana saja yang memproduksi keringat berlebih, kemudian pola waktu saat munculnya keringat, apa saja pemicunya dan gejala-gejala lain yang menyertai hiperhidrosis. Pengobatan dapat berupa terapi lokal pada tempat yang banyak keringatnya, kemudian pemberian obat-obatan antikolinergik, iontophorosis, pemberian suntikan toxin botulinum dan yang terakhir adalah operasi/pembedahan. Tindakan operasi/pembedahan hanya dilakukan jika pengobatan- pengobatan cara lain gagal memberikan hasil yang optimal. Tindakan operasi dilakukan dengan memotong berkas serabut saraf simpatis di bagian dada yang berfungsi merangsang produksi kelenjar keringat namun tentu saja efek samping dari tindakan ini sangat banyak seperti infeksi luka, skar, pneumonia, pneumothorak, atelektasis, emfisema subkutan, sindroma horner, neuralgia, hematotoraks, dan terjadinya kompensasi produksi kelenjar keringat di bagian tubuh yang lain. Penanganan hiperhidrosis pada anak akan sedikit berbeda dengan dewasa mengingat anak-anak masih berada dalam fase pertumbuhan dan perkembangan. Setiap tindakan atau terapi hiperhidrosis pada anak wajib mempertimbangkan dampak pertumbuhan dan perkembangan yang sedang berlangsung.

Penanganan lebih lanjut dan menyeluruh silakan datang ke dokter spesialis anak, dokter spesialis kulit atau dokter spesialis saraf. Dokter akan membantu mengidenfikasi dan menentukan sumber masalahnya. Jika berhubungan dengan gangguan psikologis maka dokter akan mengonsultasikan dengan psikolog atau jika diperlukan akan bekerja sama dengan psikiater. Jika masalahnya berhubungan dengan gangguan sistem saraf atau endokrin maka dokter akan membantu mememilihkan opsi terapi yang paling sesuai. Semoga jawaban ini memuaskan.

Dr. I Nyoman Arie Purwana, M.Sc., Sp.A.
Divisi Endokrin Anak dan Remaja Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Warmadewa

Perbincangan kita kali ini mengarah pada hiperhidrosis atau keringat berlebih. Hiperhidrosis terbagi dari dua situasi. Hiperhidrosis dari faktor fisik yang disebabkan dari sistem saraf yang menyebabkan kecemasan atau justru hiperhidrosis karena kecemasan. Hiperhidrosis adalah suatu gejala atau kondisi yang ditandai oleh peningkatan keringat secara tidak normal. Pada dasarnya manusia perlu mengeluarkan keringat, cairan tubuh yang diperlukan untuk pengaturan suhu tubuh. Namun saat keringat muncul berlebihan, bisa berhubungan dengan tingkatan kondisi dari beban hidup penderita. Beban psikologis, emosional, dan sosial, mampu memengaruhi kejiwaan penderita dan secara tanpa sadar tubuh melakukan pertahanan dalam menghadapi kecemasan mental dengan cara pengeluaran keringat yang berlebihan, dalam kamus kesehatan menyatakan keringat berlebihan sebagai “cacat diam”. Pada mekanisme metabolisme, tubuh mengeluarkan keringat, diatur oleh sistem saraf simpatik. Sekitar 1% dari populasi, memiliki keringat sangat tinggi, menyebabkan berkeringat berlebih dan terjadi pada waktu yang tidak tertentu, jumlah keringat jauh melebihi jumlah yang diperlukan untuk mempertahankan suhu tubuh normal. Sistem yang kurang normal pada 1% populasi ini dikenal sebagai hiperhidrosis, yang berarti “keringat berlebihan” ini bisa diderita oleh perempuan dan atau laki-laki dan bisa dialami oleh ras apa pun. Lalu bagaimana menentukan bahwa keringat menunjukkan abnormalitas? Hiperhidrosis bisa terjadi pada keseluruhan tubuh atau hanya pada bagian tertentu dari tubuh misalnya tangan, kaki, ketiak, dan area pangkal paha. Area pangkal paha salah satu daerah yang paling aktif karena banyak terdapat kelenjar keringat di daerah itu, dan keringat di daerah pangkal paha memiliki konsentrasi yang relatif tinggi dari kelenjar keringat. Keringat berlebihan bisa terlokalisir, misalnya di telapak tangan, telapak kaki, wajah, ketiak, kulit kepala ini disebut hiperhidrosis primer atau fokal, sedangkan sekunder hiperhidrosis biasanya ditunjukkan dengan adanya keringat pada seluruh tubuh secara keseluruhan dan merupakan hasil dari kondisi yang mendasarinya.

Hiperhidrosis dibedakan berdasar kemunculannya/serangan, bisa secara bawaan atau bagaimana penderita memperoleh gejala ini. Hiperhidrosis fokal/primer biasanya ditemukan selama masa remaja atau bahkan saat kanak-kanak, dan tampaknya diwariskan sebagai sifat genetic dominan autosomal. Hiperhidrosis sekunder, ditunjukkan pada tingkatan perkembangan dalam hidup/tahapan usia kehidupan. Kelebihan keringat sekunder, bisa disebabkan oleh gangguan tiroid atau kelenjar hipofisis, diabetes mellitus, tumor, asam urat, menopause, obat-obatan tertentu, atau keracunan merkuri. Pada persoalan kelebihan keringat, yang tampak sebagai gejala adalah sama yaitu banyaknya keringat yang keluar dari tubuh berlebih. Walau kelihatan akibatnya sama, sebagai dokter, tenaga medis/ kesehatan dan atau psikolog harus lebih detail melakukan diagnosis pada penderita dengan melakukan temuan pada di mana wilayah keringat yang lebih sering muncul, bagaimana gejala yang muncul didapatkan, kapan gejala muncul, apakah pada masa kanak-kanak, remaja atau usia dewasa? Hiperhidrosis yang terjadi di tangan dan kaki disebut sebagai palmo plantar gustatory. Keringat memang diperlukan oleh kita untuk mengontrol suhu tubuh kita saat sedang memanas ketika kita sedang mengadakan gerakan tubuh selama masa latihan. Keringat keluar ketika suhu lingkungan hangat/panas, sehingga jelas bahwa berkeringat merupakan respons normal terhadap peningkatan suhu atau kecemasan. Hiperhidrosis seringkali muncul bukan sebagai kondisi sementara. Banyak orang yang menderita berkeringat berlebih ini, telah menderita selama bertahun-tahun, seringkali sudah diderita dari masa kanakkanak atau kadang-kadang dari remaja. Kondisi yang memperlihatkan kondisi berkeringat berlebih tidak dipengaruhi adanya udara panas atau dingin, keringat mereka berlebih secara konstan. Akibat dari hiperhirosis ini dapat parah. Bisa jadi terlihat sangat basah, sampai membasahi pakaian, tangan berkeringat yang sangat berkeringat dan sepatu yang bau karena kelebihan keringat di kaki, sehingga basah kuyup. Penderita sering kali mengalami kesulitan/tidak mampu memegang objek, seperti pena, ketika berjabatan tangan dengan orang lain, terasa dingin dan basah, seringkali menyebabkan kerusakan keyboard dan kesulitan berurusan dengan kertas dan logam, kondisi ini bisa membuat sengsara penderita bila berlebihan. Penderita bisa terus-menerus merasa khawatir harus mengganti pakaian, membuat tubuhnya berbau segar, selalu berusaha menggunakan bantalan penyerap atau selalu menggunakan pakaian hitam atau putih yang longgar, dan bisa jadi mungkin menghindari berteman atau berinteraksi dengan orangorang di tempat kerja. Pasien melaporkan bahwa mereka bahkan malu untuk memegang tangan orang yang mereka cintai. Bahkan munculnya kesepian, depresi dan penurunan rasa percaya diri. Seringkali mulai terjadi pada masa remaja atau bahkan anak-anak paling sering memengaruhi tangan (palmar hyperhidrosis), kaki (plantar hyperhidrosis), dan ketiak (aksila), tetapi juga dapat memengaruhi atau daerah lain misalnya wajah dan kulit kepala, punggung, leher, pangkal paha, kaki, dan pantat. Seringkali keringat berlebih juga dapat menyebabkan kondisi kulit menjengkelkan atau menyakitkan, dengan adanya bakteri dan kondisi basah, bisa menyebabkan jamur berkembang di daerah tubuh yang berkeringat. Dari paparan di atas keringat berlebih bisa menyebabkan kecemasan dan sebaliknya kecemasan bisa menyebabkan keringat berlebih, apa pun alasan terjadinya, keduanya menyebabkan rasa tidak nyaman pada penderita. Rasa tidak nyaman adalah kondisi kecemasan. Hiperhidrosis yang menyebabkan kecemasan, atau kecemasan yang disebabkan oleh kondisi hiperhidrosis perlu penanganan. Menurut pendapat saya, penderita hiperhidrosis bisa menjadi lebih buruk kondisi psikologisnya sebab kecemasan yang tidak diketahui akar penyebabnya akan bersifat cenderung menetap dan seringkali dapat meningkat seiring dengan peningkatan usia penderita. Kondisi kecemasan ini seringkali menjangkiti masyarakat perkotaan besar, nampaknya menjadi pertanyaan khusus pada kita, mengapa hal ini bisa terjadi? Apakah karena gaya hidup perkotaan ataukah karena makanan yang dikonsumsi atau apakah suatu akibat dari kondisi yang menyebabkan stress secara psikologis? Sebaiknya bila di antara anda menderita kelebihan keringat sebagai gejala yang tampak, maka bisa memeriksakan diri pada dokter atau psikolog, sehingga para ahli ini akan membantu anda melakukan diagnostik yang tepat dan akan memberikan solusi penanganan yang tepat sesuai dengan sebab dari kecemasan yang muncul. Kecemasan yang terselesaikan akan membuat kita menjadi lebih nyaman menghadapi hidup kita, lebih memahami apa yang menyebabkan kita cemas, dan juga akan membantu kita lebih mampu mengembangkan potensi kita sebagai manusia berkembang. Kecemasan yang menetap akan menghambat perkembangan fisik dan juga perkembangan kejiwaan/mental. Salam sehat dalam pikiran, tubuh dan jiwa.

Caecilia Nirlaksita R., S.Psi., Psikolog, C.Ht.
Anggota dari Ikatan Psikologi Indonesia – HIMPSI Bali
Ketua Psikologi Forensik wilayah Bali- HIMPSI Bali
Pemerhati Community and Social Development Psikolog yang berpraktik di Klinik Tri-K Tohpati
Dosen Tamu di Fakultas Kedokteran dan IlmuKesehatan Universitas Warmadewa