“SAKIT KUNING” PROBLEMATIKA YANG MENGINTAI
October 3, 2015
”GLUTEN FREE”, MAKANAN BAIK UNTUK DIABETES MELLITUS
October 5, 2015

PUTIH YANG FENOMENAL

dr. I Gusti Ngurah Made Bayuningrat, Sp.OG, M.M., C.Ht
Dokter Spesialis Kebidanan & Penyakit Kandungan RSU. Premagana
Dosen Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa

Wanita Indonesia tampaknya dominan meng”idola”kan kulit putih, demikian pula pria lebih tertarik dengan wanita berkulit putih. Sebagian kalangan bahkan merasa minder bila tidak tampak lebih putih, sehingga berbagai teknik kosmetik dilakukannya untuk terlihat lebih putih, sekalipun telah diketahui bahwa tidak semua kosmetik pemutih terbukti aman. Akhir-akhir ini banyak berita tentang “korban” akibat kosmetik. Walaupun demikian tetap saja putih menjadi idola, dengan berbagai cara orang ingin memiliki kulit putih. Berapapun akan dibayarnya demi mendapatkan kulit lebih putih, namun ada kondisi putih yang paling umum ditakuti, terutama bagi kaum wanita, yakni : keputihan. Pada wanita, bahkan keluhan keputihan tampaknya terlihat lebih fenomenal dibanding lainnya. Setiap keluhan tentunya menjadi peringatan “warning” bagi tubuh untuk menyampaikan pesan kemungkinan tubuh mengalami suatu masalah. Keluhan keputihan jamak terjadi, tidak saja mengenai wanita dewasa juga anak-anak. Apakah setiap keputihan itu masalah sehingga harus “dibasmi”? Setiap kali wanita mengalaminya akan tampak lebih heboh, begitu berbahayakah keluhan ini? Mengapa fenomena keputihan begitu lekat, sangat fenomenal, dan cenderung mengkhawatirkan?

Keputihan sering menjadi keluhan pada wanita, dapat dialami beberapa kali bahkan setiap saat selama kehidupannya. Keputihan adalah setiap pengeluaran cairan (tidak hanya berwarna putih bisa kekuningan, bening atau lainnya) melalui kemaluan (wanita maupun pria) bukan darah. Keputihan memang tidak melulu hanya terjadi pada wanita, juga pria. Tidak hanya pada orang dewasa juga anak-anak. Namun sayangnya terkesan setiap keputihan yang terlihat haruslah “dibabat” habis, padahal tidak setiap keputihan wajib “dibasmi.” Mengapa? Jawabnya karena tidak setiap keputihan sebagai gejala/tanda suatu penyakit, namun ia justru menjadi “senjata” untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit, dan memberi sinyal adanya gangguan pada organ intim. Keputihan terbagi atas : pertama, keputihan normal/fisiologis yang harusnya ada pada kondisi tertentu untuk menjaga tubuh dari serangan penyakit, seperti : saat bayi, wanita menjelang haid dan beberapa hari setelah haid, saat kontak seksual (sebagai cairan lubrikasi/pelican dan proteksi infeksi), selama kehamilan, dan menyusui (sebagai pencegah infeksi pada kehamilan dan pengaruh hormon estrogen). Keputihan normal diperankan oleh hormonal balanced, dan “bakteri baik/doderline” “pasukan penjaga” suasana keasaman/pH vagina, sedangkan keputihan abnormal oleh berbagai kuman, seperti: bakteri, jamur, protozoa, bahkan virus. Berbagai penyakit akibat infeksi bakteri, seperti : bakterial vaginosis/BV, gonorrhea/GO, trikomonas vaginalis. Jamur : candidiasis vulvavagina. Virus : Human Papilloma Virus/HPV semua memberi gambaran keputihan.

Penggunaan zat-zat pembersih dan pembalut tertentu yang tidak sesuai cara pakai dan berlebihan justru berbahaya bagi organ intim, dimana zat-zat tersebut dapat membunuh bakteri baik sehingga sangat mudah tubuh mengalami infeksi. Berbagai keluhan mulai keputihan, gatal, bau, nyeri perut bawah, bahkan panas badan dapat terjadi sebagai penanda infeksi yang lebih berat, istilah medis disebut infeksi atau radang panggul, dan berbagai risiko/komplikasi yang dapat ditimbulkan mulai infeksi panggul kronis bahkan kesulitan hamil akibat tersumbatnya saluran reproduksi karena reaksi radang tersebut. Pembersihan organ intim dengan berbagai zat tidak diperlukan, justru mengundang gangguan keseimbangan asam-basa/keasaman/pH organ intim, namun cukup dengan menjaganya tetap bersih dengan air bersih dan tetap kering dengan menggunakan pakaian dalam berbahan katun dan bila basah mengeringkannya. Maraknya iklan bahkan yang menggugah selera pemakai, sering mengakibatkan masyarakat menjadi korban akibat salah kaprah memaknai “pesan” sponsor tersebut. Tubuh manusia itu unik, sehingga tidak serta merta penggunaan antiseptik seragam untuk semua kondisi, terapi tetap dilandasi indikasi. Peran petugas medis terkait menjembataninya. Hindari menggunakan bahan antiseptik rutin apalagi berlebihan baik bersumber kimia maupun alami. Penggunaan bahan-bahan tersebut hanya atas indikasi, setelah dilakukan pemeriksaan fisik maupun penunjang lain dan memang terbukti mengalami infeksi. Terapi disesuaikan dengan tipe dan kondisi penyakit. Keputihan yang menimbulkan komplikasi digolongkan keputihan patologis, yakni : keputihan yang terjadi diluar keadaan normal tersebut disertai keluhan gatal, berbau, bisa nyeri dan jumlahnya berlebihan. Keputihan yang memerlukan terapi adalah yang patologis, sedangkan yang fisiologis akan hilang dengan sendirinya.

Nah, persoalannya adalah bagaimana membedakannya? Tentu dengan mengenali keluhan, gejala, dan tanda, melakukan pemeriksaan fisik dan jika diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang (pap’s smear, thin prep, apusan lendir kemaluan/vaginal swabbing, bahkan penggunaan ultrasonografi/USG untuk menyingkirkan kasus-kasus yang cenderung berkomplikasi pada organ reproduksi sekitar, seperti : pada kasus radang panggul). Melihat gambaran komplikasi/risiko yang diakibatkannya, tentu keputihan patologis tidak bisa dipandang enteng, justru harus dikenali jauh sebelum menimbulkan komplikasi/risiko itu sendiri. Mengamati keluhan, tanda, dan gejala keputihan penting dilakukan untuk dapat memprediksi kemungkinan akan risiko dan komplikasi. Keputihan yang disebabkan oleh bakteri, jamur, protozoa masih ada obatnya, berbeda dengan penyebab virus, yang sering terjadi adalah infeksi HPV, sebagai penyebab kanker mulut rahim. Pada stadium awal prakanker, karker tersembunyi/insitu sampai kanker stadium II, infeksi HPV masih mungkin tertanggulangi, namun bila telah mencapai tahap lanjut lebih dari kanker stadium II tidak ada terapi yang dapat menyembuhkan, hanya dilakukan terapi penyokong/supportif dan paliatif. Keputihan yang disebabkan oleh jamur dapat diberikan berbagai macam antijamur yang tersedia, ada yang diminum, bahkan dalam bentuk suppositoria, yang dapat langsung dimasukkan ke vagina, ditambah dengan menghindari terjadinya kelembaban pada organ intim, menggunakan pakaian dalam berbahan katun, dan menjaganya tetap kering. Penyebab bakteri dapat diterapi dengan pemberian antibiotika yang disesuaikan dengan jenis bakteri yang menginfeksi, hal ini dapat diketahui dari hasil hapusan vagina, demikian pula penyebab protozoa/parasit. Justru yang paling sulit ditangani adalah infeksi keputihan akibat penyebab virus. Keputihan pada kehamilan dapat menyebabkan persalinan prematur dan kelahiran bayi dengan berat lahir rendah, bahkan dengan infeksi penyakit kelamin. Suatu keputihan yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa (antibiotik dan anti-jamur) perlu dipikirkan akibat suatu penyakit keganasan, seperti : kanker leher rahim. Kondisi kanker dapat berawal dari keluhan keputihan biasanya berlangsung lama tidak sembuh-sembuh, riwayat kontak seksual berdarah, risiko menikah muda < 16 tahun, kontak seksual berisiko bergonta ganti pasangan seksual, perokok aktif dan pasif, penggunaan kontrasepsi hormon, kehamilan dan persalinan berulangkali dan banyak anak adalah serangkaian risiko tinggi terjadinya kanker mulut rahim, 70% diakibatkan terinfeksi HPV. Betapa mirisnya dampak yang timbul akibat peran perilaku terhadap kesakitan bahkan kematian wanita usia reproduksi. Mengingat hal tersebut penting dilakukan berbagai upaya pencegahan termasuk skreening (pap’s smear, thin prep) dan vaksinasi (vaksin HPV) dalam upaya preventif terhadap HPV, karena tentu mencegah lebih baik daripada mengobati. Begitu pentingnya memahami jenis bahkan kuman yang menginfeksi dalam penatalaksanaan secara tepat dan cepat infeksi keputihan dengan berbagai metode identifikasi yang telah berkembang baik dan terjangkau. Dipedesaan dengan keterbatasan akses dan tenaga medis dapat pencegahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat/IVA, sebuah metode skrening infeksi virus dengan mengoleskan asam cuka/asetat 3-5% ke mulut rahim dan melihat gambaran area asetowhite di daerah perubahan sel mulut rahim(skuamosa-kolumner), pemeriksaan ini dapat dikerjakan oleh tenaga terlatih dan bila menjumpai gambaran tersebut langsung menterapinya dengan terapi pembekuan/cryoterapi yang tersedia di jaringan layanan kesehatan/puskesmas. Program ini dikenal dengan see & treat. Ada beberapa penyebab keputihan yang bukan proses infeksi, seperti : kelainan bawaan, benda asing/pemakaian tampon, menopause.

Penyakit radang panggul adalah penyakit peradangan organ reproduksi mulai dari mulut rahim bagian dalam, rongga/otot rahim, saluran tuba, indung telur, rongga perut dan abses saluran telur-indung telur/radang rongga perut. Infeks/radang panggul (PID/Pelvic Inflamatory Dissease) sebagai komplikasi dari infeksi keputihan patologis memerlukan terapi yang berbeda terkait grading penyakit; grade I, dengan medikamentosa; grade II, dengan kombinasi obat antibiotika injeksi (istilahnya triple drug therapy), bila gagal sdengan injeksi diperlukan operatif; dan grade III(abses tuba-ovarial/pernanahan pada saluran tuba dan indung telur), langsung dilakukan operasi. Infeksi/radang panggul memiliki gejala nyeri perut bagian bawah, sering menyerupai penyakit usus buntu, terutama pada wanita. Pada kasus tertentu antara PID dan penyakit usus buntu dari keluhan sulit dibedakan, berupa nyeri tekan diperut, nyeri adneksa ditunjang gambaran laboratorium penunjang lekosit lebih dari normal (lebih 10.000/mm3), demam, pus/nanah/abses pada rongga perut pada USG/pemeriksaan fisik. Dari gambaran tersebut sulit dibedakan disamping letak organ reproduksi wanita berdekatan dengan letak usus buntu (disisi perut kanan bawah), seperti diketahui organ reproduksi wanita berbeda dengan organ reproduksi pria, pada wanita oleh organ reproduksinya terluar terhubung langsung dengan rongga perut, dimana oleh infeksi keputihan patologis infeksi kuman tertentu, seperti : kuman kencing nanah/Gonorrhea/GO, Chlamidia, E. Coli, dll mudah menimbulkan infeksi organ panggul, karena kuman masuk melalui vagina, rongga rahim, sdaluran telur, dapat menginfeksi indung telur/ovarium, dan infeksi berkembang/tumpah dirongga perut wanita, sedang pada pria oleh organ reproduksinya tidak terhubung dengan rongga perut, maka infeksi usus buntu relatif lebih mudah dibedakan dibandingkan pada wanita, sehingga bila terjadi infeksi/radang panggung/PID sering di diagnosa banding/differensial diagnosa PID adalah penyakit usus buntu. Penanganannya bila terjadi infeksi panggul yang turut menginfeksi usus buntu (oleh letaknya berdekatan dalam rongga perut), demikian sebaliknya penyakit usus buntu yang telah melibatkan organ reproduksi wanita akan ditangani oleh dokter spesialis kandungan berkolaborasi dengan dokter spesialis bedah, juga spesialisasi lain yang terkait). Pembedahanpun akan ditangani secara tim.

Jadi betapa fenomenalnya keluhan keputihan terhadap berbagai dampak yang dapat ditimbulkan yang menjadikannya tidak dapat disepelekan, bahkan perlu diwaspadai dengan memiliki kemampuan identifikasi mampu menyingkirkan penyebabnya, sehingga terbebas dari belenggu keputihan, apalagi yang tidak normal. Keputihan dapat dicegah dan diobati melalui deteksi dini, mengenal lebih awal penyebab dan menanganinya dengan tepat sesuai penyebab.