PERAN GAYA HIDUP TERHADAP KANKER MULUT RAHIM
October 1, 2015
MUAL DAN MUNTAH YANG MENGKHAWATIRKAN
October 1, 2015

FATALNYA AKIBAT ANEMIA

dr. I Gusti Ngurah Made Bayuningrat, SpOG, MM, CHt
Kurang darah merupakan istilah popular anemia di masyarakat. Padahal anemia bukanlah darah yang kurang, namun sel-sel darah merah/hemoglobin/Hb yang jumlahnya kurang dari normal sehingga sel-sel darah kurang mampu mengikat oksigen yang diperlukan jaringan tubuh. Terlebih pada kehamilan, anemia menjadi momok, karena memperberat dan berdampak buruk bagi proses kehamilan. Tanpa adanya penyakit saja, kehamilan itu berisiko, apalagi disertai penyakit, seperti : halnya anemia. Saat memeriksakan kehamilan dokter, bidan, dan tenaga kesehatan selalu mengingatkan ibu hamil untuk tidak lupa menjaga kondisi kehamilan dan kesehatan dengan upaya mengkonsumsi makanan lengkap seimbang termasuk buah-buahan, dan sayur-sayuran : bayam, buncis, brokoli, kangkung, telor, daging merah sebagai salah satu sumber vitamin dan zat besi yang dibutuhkan tubuh, bahkan di kondisi tertentu diperlukan dalam bentuk obat-obatan yang mengandung zat besi, serta mengurangi konsumsi makanan yang mengandung kafein, misalnya : coklat, kopi, teh, yang dapat menghambat penyerapan zat besi. Betapa penting kecukupan zat besi sering diungkapkan pada pemeriksaan kehamilan. Peran periksa hamil, antenatal care sebagai alat skreening terhadap berbagai gejala penyakit termasuk anemia menjadi penting.

Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar zat pengikat oksigen (hemoglobin/Hb) dalam darah kurang 11 gr/dl untuk wanita hamil, kurang dari 12 gr/dl pada wanita tidak hamil, kondisi sel darah merah/Hb menurun, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin berkurang. Hb dalam kondisi normal membawa oksigen dari paru-paru ke pembuluh darah seluruh tubuh, anemia mengakibatkan kurang oksigen/hipoksia pada organ tubuh. Seluruh sel tubuh manusia tergantung pada oksigen untuk mempertahankan hidup, derajatnya bervariasi dan memiliki rentang konsekuensi klinik yang luas. Anemia adalah gangguan paling umum di darah. Pada sistem organ reproduksi wanita anemia sering disebabkan oleh kehilangan darah dalam jangka waktu lama/kronis, menstruasi berlebihan, hipervolemia/kelebihan volume cairan tubuh pada kehamilan, peningkatan kerusakan sel darah merah selama kehamilan/anemia hemolitik. Pada Ibu hamil anemia yang sering terjadi adalah anemia defisiensi besi, dan asam folat. Indikasi seseorang dikatakan mengindap anemia adalah jika konsentrasi Hb kurang dari 10,5-11,0 gr/dl. Mengapa gangguan ini menjadi begitu penting untuk dipahami?

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hb dibawah 11 gr/dl pada trimester 1 dan 3 atau pada trimester 2 kadarnya kurang dari 10,5 g/dl. Nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil terjadi dapat dipengaruhi oleh faktor hemodilusi/pengenceran, terutama pada trimester 2. Insiden ibu hamil dengan anemia di Indonesia mencapai 63,5% dibanding Amerika 6%, kekurangan gizi dan perhatian terhadap ibu hamil menjadi faktor berpengaruh pada anemia di Indonesia. Menurut WHO, 40% kematian ibu di Negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan akibat kekurangan zat besi dan perdarahan akut yang kedua-duanya saling berinteraksi. Disamping faktor infeksi kronik, seperti : malaria, TBC, penyakit hati, dan thalasemia.

Suatu kehamilan yang sehat ditentukan oleh sirkulasi darah dan zat-zat gizi yang dikandungnya. Kehamilan akan berkembang baik jika ibu dan janin memperoleh nutrisi yang lengkap dan seimbang, yang didalam diitnya mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh ibu dan janin, seperti : zat besi, asam folat, vitamin dan mineral lainnya. Bahaya anemia pada kehamilan, tidak saja berdampak buruk pada ibu, juga janin yang dikandungnya. Pertambahan volume darah terjadi sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 32-36 minggu. Pertambahan volume darah meliputi plasma 30%, sel darah 18%, Hb 19%, Hematokrit/Hm 40% diawal kehamilan akan turun 30% diakhir, eritrosit 4,5 juta-3,5 juta/mm3. Gambaran klinis anemia dapat berupa keluhan : lemah, pucat, cepat lelah, mata berkunang-kunang, mudah pingsan, sering pusing, makan kurang. tetapi tensi masih normal, perlu dicurigai suatu anemia defisiensi. Secara klinis dapat dilihat sebagai tubuh yang pucat dan kurang gizi. Adapun dampak buruk dapat timbul pada ibu dalam kehamilan, persalinan, masa nifas dan pasca nifas juga janin.

Pada kehamilan trimester I dapat terjadi keguguran/abortus, kelainan congenital/gangguan pertumbuhan, trimester II terjadi : keguguran, persalinan prematur, gangguan pertumbuhan, dan trimester III terjadi perdarahan selama kehamilan, gangguan pertumbuhan janin, berat badan lahir rendah, bayi biru sampai kematian, IQ rendah, gagal jantung dan kematian ibu. Selama persalinan dapat terjadi gangguan proses persalinan oleh anemia yang mengakibatkan sirkulasi daya ikat oksigen kurang sehingga terjadi kelelahan otot rahim dan kegagalan kontraksi (atonia uteri), maka dampaknya persalinan akan berlangsung lama, perdarahan pasca melahirkan, syok, infeksi saat bersalin, dan pasca melahirkan, bayi lahir anemia, persalinan tindakan tinggi, ibu cepat lelah, serta anemia berat (Hb kurang dari 4 gr/dl dapat menyebabkan gagal jantung) terjadi kekurangan oksigen yang mengakibatkan syok dan kematian. Pasca persalinan : kematian tinggi oleh perdarahan akibat atonia uteri dan atau gangguan proses pembekuan darah, retensi plasenta, perlukaan sukar sembuh, gangguan involusi, infeksi.

Menurut WHO, kadar Hb wanita hamil dibagi menjadi 3 katagori, yaitu : normal apabila Hb > 11 g/dl, anemia ringan Hb 8-11 g/dl, dan anemia berat Hb < 8 gr/dl. Pemeriksaan kadar Hb dan darah tepi menjadi indikator gejala anemia ini, disamping pemeriksaan fisik yang tampak pucat, bisa diamati di kelopak mata, daerah wajah, lidah, telapak tangan, dan bagian tubuh lainnya. Anemia pada ibu hamil merupakan penyebab utama kesakitan pada ibu dan janin, merupakan salah satu faktor penting terjadinya berat badan lahir rendah, dan penyebab utama defisiensi besi pada bayi, yang dapat menyebabkan ganguan perkembangan perilaku dan kecerdasan. Penyebab anemia di Indonesia pada ibu hamil adalah defisiensi besi, terkait dengan masalah gizi ibu hamil, untuk mengatasi masalah anemia dan dampak buruk terhadap ibu dan bayi.

Kebutuhan zat besi ibu hamil 800 mg, dimana 300 mg untuk janin plasenta, dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit ibu. Dengan demikian perhari ibu masih membutuhkan tambahan 2-3 mg besi. Jadi dengan pemberian kalori 300 kalori/hari dan suplemen besi sebanyak 60 mg/hari kiranya cukup mencegah anemia, dimana mampu meningkatkan kadar Hb sebanyak 1 g% per bulan. Kini program nasional menganjurkan kombinasi 60-320 mg zat besi dan 50μg asam folat. Pemerintah melaksanakan program pemberian tablet besi, diberikan sebanyak satu kali satu tablet selama 90 hari.