Bincang Bincang Medis Penyakit Psikosomatik Medis Non Medis Bersama Prodia
November 2, 2015
Stop “Bullying” Jangan Biarkan Anak ’’Mengkopi’’ Perilaku Kekerasan
November 5, 2015

Sakit Kuning 100 Kali Lebih Menular Dibanding HIV

Pertanyaan :

Istri saya divonis menderita sakit kuning sesaat sebelum melahirkan, Dokter bilang anak saya rentan tertular, apa yang harus kami lakukan?

Wandi, Denpasar
08510709xxxx

Jawaban :

Benar apa yang disampaikan, sakit kuning yang dimaksud kemungkinan akibat infeksi Virus Hepatitis B. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia peringkat ketiga penderita Hepatitis B terbanyak di dunia setelah Tiongkok dan India. Dampak bila terjangkit penyakit ini sangat fatal, dan infeksius terlebih saat hamil. Sekitar 80 persen infeksi virus ini dihubungkan dengan kanker hati. The American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG, 2013) menyebut 90 persen ibu hamil dengan hepatitis B akut akan menularkan infeksi ke bayinya, 10-20 persen menjadi kronis, dan setelah dewasa 25 persen berisiko mati karena kanker hati/cirrhosis hepatis. Menurut The Australian and New Zealand Journal of Obstetrics and Gynaecologists (ANZJOG, 2013) skrining rutin, pemberian vaksinasi, dan immunoglobulin dapat mencegah transmisi/penularan ibu ke janin sampai 90-95 persen kasus. Kegagalan profilaksis berdampak serius dan lebih 90 persen janin menjadi pembawa/carrier dan lebih 30 persen menjadi penyakit atau kanker hati.

Hepatitis adalah penyakit peradangan pada organ hati/liver. Gejalanya di awal bisa tidak bergejala/asimtomatik, umumnya tampak kuning/ikterus, 1-2 minggu disertai gejala tidak khas, seperti : mual, lemas, nafsu makan berkurang, dan lainnya. Pada pemeriksaan fisik dapat di jumpai pembesaran dan nyeri hati/limpa, gatal-gatal. Penyakit ini dapat disebabkan oleh faktor infeksi, seperti: virus hepatitis A, B, C, D, E, F, G dan faktor non infeksi, seperti: komplikasi penyakit, alcoholism, obat-obatan, bahkan penyakit imun yang dapat merusak liver bila tidak tertanggulangi dengan baik, cepat, dan tepat. Penularan melalui kontak cairan tubuh(ludah, sperma, cairan vagina, air susu ibu, lendir membran hidung, mulut, kerongkongan dan alat kelamin) termasuk darah. Darah ibu terhubung dengan janin melalui plasenta dan tali pusar, tentu ibu hamil dapat menularkan infeksi ke janinnya. Transmisi hepatitis dari ibu ke bayi lebih 100 kali lipat dibanding HIV/AIDS. Walaupun jarang pada kehamilan, namun bila dijumpai kuning maka paling sering akibat hepatitis virus terutama Hepatitis B.

Diagnosis pasti memerlukan pemeriksaan darah, seperti: HBsAg, HBeAg, Anti HBc, dan Anti HBs. Rute infeksi ditularkan melalui kontak dengan darah atau hubungan seksual dengan orang HBsAg positif. Transmisi dari ibu ke bayi/vertical transmission, biasanya terjadi saat persalinan, menyusui, atau kontak dari luka/child to child/horizontal transmission. Risiko transmisi vertikal ke janin pada ibu hamil dengan infeksi akut pada trimester pertama 10 persen, trimester kedua dan ketiga 75 persen. Risiko infeksi dapat berlanjut selama kehidupannya/carrier. Infeksi pada bayi yang lahir dari ibu hepatitis dapat dicegah. Transmisi infeksi berdampak buruk ke janin yang mengharuskan sesaat setelah bayi lahir dalam 12-24 jam kelahiran mendapat kekebalan melalui pemberian vaksin Hepatitis HB-Vax (0,5 ml), dan immunoglobulin Hepatitis B (HBIG) 100 IU, serta kombinasi vaksin diberikan lagi di usia 2, 4, 6 bulan, setelah seri vaksin lengkap, bayi dapat di uji infeksinya. Ibu dengan HBsAg positif dapat tetap menyusui/memberi air susu ibu/ASI, tidak ada bukti bahwa menyusui merupakan faktor risiko infeksi, jika telah mendapatkan vaksin Hepatitis B dan immunoglobulin. ASI dihindari jika ibu dengan HBsAg positif puting susunya lecet dan berdarah. ACOG (2013) bahkan menyebut ibu dengan hepatitis dapat melahirkan secara normal/pervaginam, dan menyusui bayinya. Terapi hepatitis, seperti : umumnya infeksi virus belum ada obat untuk membunuh virusnya, namun ada terapi simptomatik untuk gejala/keluhan yang timbul. Jadi pencegahan transmisi infeksi dari ibu ke janin pascamelahirkan dengan pemberian vaksin dan immunoglobulin menjadi hal krusial di mulai detik pertama kehidupan janin sampai 12-24 jam kelahiran. Mengingat bahaya yang ditimbulkannya, maka pemeriksaan rutin HBsAg selama kehamilan layak dipertimbangkan agar bayi sebagai generasi berikutnya tidak terdampak. Mencegah dan/atau mengobati baik dilakukan agar bayi/anak tidak menjadi pembawa penyakit/carrier seumur hidupnya. Matur Suksma.

dr. I Gusti Ngurah Made Bayuningrat, Sp.OG., M.M., C.Ht.
Dosen & Dokter Obgin Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa
RSU Premagana & RSIA Puri Bunda

Panduan vaksinasi oleh ikatan dokter anak Indonesia (IDAI) mensyaratkan bahwa bayi yang rentan tertular oleh infeksi virus Hepatitis B dari ibunya sebaiknya diberikan vaksin Hepatitis B segera setelah lahir (kurang dari 24 jam) dan vaksin lanjutannya disesuaikan dengan jadwal vaksin yang berlaku. Bayi yang lahir diperkenankan/diperbolehkan untuk mendapatkan ASI dari ibunya tanpa harus khawatir terhadap penularan mengingat penularan secara horizontal (dari ibu dan bayi) sudah bisa terjadi. Jika dihitung-hitung untung dan ruginya maka lebih rugi jika tidak memberikan ASI. Hanya saja harus berhati-hati jangan sampai puting susu lecet, oleh karena itu ibu harus belajar cara menyusui yang baik sekaligus yang benar. Silahkan diskusikan dengan dokter anak anda tentang hal ini.

dr. I Nyoman Arie Purwana, M.Sc., Sp.A.
Dokter Anak dan dosen Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa